Loading...
RELIGI
Penulis: Sotyati 16:37 WIB | Selasa, 19 November 2013

Warga Muslim Inggris Menentang Ekstremisme

Pemandangan Mesjid Woolwich sesudah salat Jumat. (Foto: english.ahram.org.eg)

LONDON, SATUHARAPAN.COM – Inggris mulai mengadili Michael Adebolajo dan Michael Adebowale, warganegara Inggris asal Nigeria, Senin (18/11). Keduanya ditangkap polisi setelah membunuh tentara Inggris Lee Rigby di dekat asrama tentara pada 22 Mei 2013 di Woolwich, bagian kota London.

Peristiwa berawal ketika dua orang menabrak Rigby. Mereka lalu keluar dari mobil dan melukai Rigby dengan pisau. Banyak pejalan kaki memperhatikan dan ada yang merekam kejadian itu. Setelah membunuh korbannya, kedua pelaku mengacungkan pisau dan mengatakan, mereka adalah warga muslim dan melakukan pembunuhan itu untuk balas dendam karena serdadu Inggris membunuh orang Islam di Irak dan Afghanistan.

Ketika diinterogasi September lalu, kedua pelaku bersikeras menyatakan " tidak bersalah". Adebolajo dikenal sebagai anggota kelompok Salafi di London yang dikenal cukup radikal.

Kelompok-kelompok muslim di Inggris segera mengecam keras aksi pembunuhan itu. Pada sisi lain gerakan protes dari kalangan tentara dan warga Inggris juga cepat meluas. Sempat terjadi ketegangan antara kelompok muslim dan warga Inggris.

“Setelah kasus Woolwich, kami mendengar ada banyak serangan terhadap mesjid-mesjid dan institusi Islam. Komunitas muslim di sini takut sekali," kata Shaynul Khan dari mesjid di East London kepada Deutsche Welle. Kejadian itu terutama dipicu karena kelompok ekstrem kanan berusaha memanfaatkan situasi.

 

Mencegah Radikalisasi

Ada sekitar tiga juta warga muslim di Inggris. Setelah pembunuhan Rigby, kelompok ekstrem kanan English Defense League (EDL) melakukan berbagai aksi untuk menyebarkan sentimen anti-Islam. Di pihak lain, kelompok-kelompok ekstrem Islam juga mencoba merekrut anak-anak muda untuk aksi-aksi radikal.

Kebanyakan warga muslim menentang ekstremisme, seperti organisasi Quilliam Foundation. Usama Hasan dari Quilliam Foundation berusaha menghadang ekstremisme di kalangan Islam dengan berbagai proyek. Akibatnya, mereka sendiri menjadi serangan kelompok radikal, sampai-sampai kantor mereka di London sekarang dilengkapi jendela khusus antipeluru.

Demi mencegah anak muda terseret ekstremisme, Hasan dan organisasinya sering melakukan kegiatan di gelanggang remaja. "Olahraga adalah kegiatan yang bagus. Berbagai bangsa dan agama bisa berolahraga bersama-sama. Program kami dalam bidang ini cukup sukses," ujar Hasan kepada Deutsche Welle.

Ia mengatakan, media di Inggris sering memberi gambaran terlalu buruk tentang komunitas Islam. Padahal sebagian besar warga muslim terintegrasi dengan baik dalam masyarakat.

Bagi Shaynul Khan, Inggris adalah salah satu negara terbaik bagi warga muslim, "Saya lahir dan besar di sini. Inggris adalah tanah air saya. Kebebasan yang saya dapat di sini, jauh lebih baik daripada di tempat lain".  


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home