Loading...
INDONESIA
Penulis: Martahan Lumban Gaol 21:04 WIB | Minggu, 08 Maret 2015

Wisata Religi ke Turki, Modus Baru WNI Gabung ISIS

Priyono menunjukkan kartu keluarga warga Solo yang hilang di Turki di Gajahan, Pasar kliwon, Solo, Jawa Tengah, Sabtu (7/3). 16 Warga negara Indonesia yang diduga hilang saat kunjungan ke negara Turki itu lima diantaranya terdaftar sebagai warga Gajahan, Pasar kliwon, Solo, Jateng. (Foto: Dok. satuharapan.com/Antara)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Ketua Pusat Studi Politik dan Keamanan Universitas Padjadjaran (PSPK UNPAD) Bandung Muradi menilai hilangnya 16 Warga Negara Indonesia (WNI) saat mengikuti program tour and travel ke Turki menjadi modus baru yang digunakan mayarakat Indonesia untuk bergabung dengan kelompok ekstremis Negara Islam Irak dan Suriah atau ISIS.

Menurut dia, banyaknya paket penawaran bagi WNI untuk berwisata religi ke negeri  yang dipisahkan wilayahnya dari Eropa dan Asia oleh Selat Bolporus tersebut telah menjadi pola dan modus baru untuk bisa bergabung dengan  ISIS.

“Hilangnya 16 WNI yang mengikuti program tour anda travel ke Turki menjadi modus baru bagi sejumlah WNI yang bergabung dengan ISIS via Turki, karena banyak program penawaran bagi WNI untuk berkunjung ke sana,” kata Muradi kepada satuharapan.com, di Jakarta, Minggu (8/3).

Salah satu staf pengajar di Jurusan Ilmu Pemerintahan FISIP UNPAD itu bepadanganan hal tersebut dilakukan karena modus lama telah terendus oleh aparat keamanan, ditandai dengan penangkapan WNI yang diduga akan bergabung dengan ISIS di Bandara Soekarno-Hatta dan bandara Malaysia beberapa waktu lalu.

“Sekarang mereka seperti menemukan cara baru, yaitu dengan memanfaatkan program tour and travel, baik itu murni untuk wisata ke Turki ataupun program umrah plus dengan menjadikan Turki sebagai tujuan wisata sebelum atau setelah umrah,” kata dia.

Menurut Muradi, dengan menggunakan program wisata religi atau umrah dari tour and travel tersebut, selain meringankan pengurusan dokumen, juga memberi biaya yang relatif murah dibanding mengurus sendiri. Apalagi, dia melanjutkan, dengan persaingan dalam penyelenggaraan wisata religi atau umrah relatif tinggi, sehingga banyak tour and travel memberi paket-paket murah agar memikat pembeli.

“Hal itu yang disinyalir telah dimanfaatkan sejumlah WNI untuk dapat bergabung dengan ISIS, setelah cara-cara konvensional sulit ditembus, karena ketatnya pengamanan, baik di Indonesia sendiri maupun negara transit dan tujuan,” kata dia.

Selain itu, Muradi mengungkapkan mudahnya memasuki Turki dan sejumlah negara yang berbatasan dengan Irak dan Suriah menggunakan visa on arrival, menjadikan Turki sebagai tempat persinggahan sebelum bergabung dengan ISIS.

Pemerintah Harus Serius

Berkaca dari hal tersebut, Muradi meminta pemerintah dapat melihat modus ini sebagai ancaman serius bagi pergerakan dan mobilitas WNI yang akan bergabung dengan ISIS. Ia juga menegaskan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan Kepolisian Republik Indonesia (Polri) harus secara terintegrasi dengan instansi lain melakukan langkah preventif, agar modus tersebut tidak berkembang.

“Sebab, dengan semakin banyaknyak WNI bergabung dengan ISIS akan menjadi bom waktu bagi gerakan terorisme di Indonesia. Karena secara alamiah, para WNI tersebut akan kembali ke Indonesia dan menjadi ancaman serius bagi kehidupan berbangsa dan bernegara,” kata dia.

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home