Loading...
EKONOMI
Penulis: Eben Ezer Siadari 10:09 WIB | Selasa, 06 Januari 2015

Yunani Hampir Pasti Ditendang dari Euro

Pemimpin Partai Syriza, Yunani, Alexis Tsipras, menenteng poster bergambar Angela Merkel. (Foto: news.makedonias.gr)

BERLIN, SATUHARAPAN.COM – Yunani hampir pasti ditendang dari zona mata uang tunggal Eurozone atau Zona Euro sering juga disebut Euro, apabila partai pemberontak berhaluan Marxis, Syriza, memenangi Pemilu Yunani pada 25 Januari nanti.

Di bawah partai itu, Yunani diyakini akan membangkang terhadap kesepakatan pengetatan ekonomi yang ditandatangani pemerintah sebelumnya dengan European Union-IMF sebagai syarat bantuan ekonomi mengatasi krisis di negara itu pada 2010 lalu.

Harian terkemuka Jerman, Der Spiegel melaporkan bahwa Kanselir Jerman, Angela Merkel, berkeyakinan Jerman dapat dikeluarkan dari Euro dengan aman dan kini timnya sedang bekerja untuk mempersiapkannya.

"Kita telah melawati hari-hari dimana kita harus menyelamatkan Yunani," kata Michael Fuchs, pemimpin parlemen dari partai Demokrat Kristen pimpinan Merkel.

"Situasi sudah berubah. Sama sekali berbeda dengan tiga tahun lalu ketika kita tidak memiliki benteng pertahanan. Yunanti tidak lagi relevan secara sistemik bagi euro," kata dia, dan menambahkan, mata uang euro sebetulnya sangat mungkin lebih kuat tanpa negara Balkan pembangkang itu.

Pekan lalu, sebagaimana dilaporkan oleh The Telegraph, terungkap fakta bahwa pada tahun 2011 lalu, Jerman pernah melakukan pendekatan baik-baik agar Yunani keluar dari euro dan kembali ke mata uang mereka, drachma.

Beberapa bulan kemudian, Merkel sudah siap untuk menendang Yunani dari EU. Menurut mantan Menteri Keuangan Amerika Serikat, tim Geithner, orang Eropa tampaknya bertekad untuk memberi Yunani pelajaran: "Mereka (Yunani) berbohong kepada kami, dan kami akan menghancurkan mereka."

Ketika itu, Merkel mengurungkan niat setelah mengetahui  Spanyol dan Italia akan terkena penularan krisis apabila Yunani terlempar dari Eurozone.

Sekarang, Berlin tampaknya hampir pasti ingin merampungkan pekerjaan menendang Yunani dari Eurozone. Namun pemimpin Partai Syriza yang kalem, Alexis Tsipras, sama yakinnya bahwa elit Uni Eropa akan mengurungkan niatnya, karena EU telah berinvestasi terlalu banyak modal politik untuk menyelamatkan Yunani sehingga terlalu berharga untuk meninggalkannya.

Tidak kurang dari 245 miliar euro dalam bentuk pinjaman telah dikucurkan ke Yunani sejak krisis ekonomi meletus di negara itu Mei 2010. Yang menjadi pertanyaan, adalah apakah keinginan Merkel mengeluarkan Yunani dari Eurozone sebuah pengakuan kegagalan strategi, setelah sebelumnya ia mengklaim bahwa krisis ekonomi Yunani sudah berlalu?

Partai Syriza sendiri, walaupun dianggap berhaluan Marxis, ideologinya  sampai saat ini masih terus mencari bentuk. Tsipras tidak lagi memajang gambar Che Guevara di kantornya dan dengan cepat menguasai bahasa sehari-sehari Brussels - sehingga begitu banyak  pemimpin Uni Eropa dan ekonom menganggap, benar atau salah, retorika Tsipars sebetulnya hanya untuk konsumsi dalam negeri belaka dan tidak benar-benar akan dilaksanakan.

Meskipun demikian, Aristeri Platforma yang merupakan kelompok ultra kiri masih merupakan pemegang hak suara terbesar di komite sentral Syriza dan menyatakan bahwa gerakan mereka harus "bersiap mengimplementasikan program progresif di luar Eurozone," jika EU masih bersikeras.

Tsipras sendiri sangat jelas menunjukkan keinginan untuk tetap bertahan di euro. Namun, ia terus mendesak agar kesepakatan Yunani dengan EU dan IMF perihal pengetatan ekonomi diperlonggar. "Kami akan membatalkan program pengetatan. Di bawah Partai Syriza, pemerintah Yunani akan keluar dari perjanjian bailout. Ini tidak dapat dinegosiasikan," kata dia.

Ia menginginkan penghapusan utang 50 persen, porsi yang diperoleh Jerman pada 1953 yang ditandatangani Yunani meskipun dengan harga 300 ribu warganya terbunuh dibawah pendudukan Nazi.

Wall Street Tertekan

Sementara itu, dari New York, AFP melaporkan saham-saham di Wall Street berakhir lebih rendah pada Senin (Selasa pagi WIB), tertekan kekhawatiran tentang zona euro dan jatuhnya harga minyak.

Indeks Dow Jones Industrial Average merosot 331,34 poin (1,86 persen) menjadi ditutup pada 17.501,65.

Indeks berbasis luas S&P 500 turun 37,62 poin (1,83 persen) menjadi 2.020,58, sedangkan indeks komposit teknologi Nasdaq tenggelam 74,24 poin (1,57 persen) menjadi 4.652,57.

Pasar ekuitas AS mengambil isyarat mereka dari bursa-bursa Eropa yang anjlok dihantam bangkitnya kembali kekhawatiran tentang zona euro.

Saham-saham Yunani jatuh lebih dari lima persen, sedangkan bursa Paris, Madrid dan Milan turun lebih dari tiga persen, karena pasar hanya terpaku pada Pemilu 25 Januari di Yunani.

Selama akhir pekan, mingguan Der Spiegel mengutip sumber-sumber pemerintah Jerman yang mengatakan bahwa Berlin melihat keluarnya Yunani dari zona euro sebagai "hampir tak terelakkan" karena partai sayap kiri Syriza bisa memenangkan pemilu sela.

Harga minyak AS berakhir pada 50,04 dolar AS per barel, turun lima persen setelah sebelumnya meluncur di bawah 50 dolar AS per barel.

"Harga minyak yang lebih rendah biasanya positif bagi perekonomian dalam jangka panjang, tetapi penurunan ini sudah sangat cepat," kata Gregori Volokhine, presiden Meeschaert Capital Markets.

"Itu menjadi sumber kecemasan bagi pasar."

Saham-saham yang terkait dengan minyak mundur. Anggota Dow Chevron kehilangan 4,0 persen, perusahaan jasa minyak Schlumberger turun 2,7 persen dan produsen "shale" (serpih) Continental Resources jatuh 10,7 persen.

Bank-bank besar juga menderita. Anggota Dow JPMorgan Chase turun 3,1 persen, Citigroup merosot 3,2 persen dan Bank of America berkurang 2,9 persen.

Beberapa saham teknologi tinggi turun tajam. Netflix kehilangan 5,1 persen, Priceline turun 3,9 persen dan Tesla Motors menyerah 4,2 persen. Sementara Apple kehilangan 2,8 persen.

Anggota Dow Caterpillar turun 5,3 persen setelah JPMorgan Chase menurunkan rekomendasinya pada perusahaan.

Anggota Dow Coca-Cola datar menyusul kenaikan peringkatnya dari Morgan Stanley yang memperkirakan penjualan dan margin keuntungan pembuat minuman ringan itu akan meningkat pada 2015.

Harga obligasi melonjak. Imbal hasil pada obligasi 10-tahun pemerintah AS turun menjadi 2,04 persen dari 2,12 persen pada Jumat (2/1), sementara pada obligasi 30-tahun turun menjadi 2,60 persen dari 2,70 persen. Harga dan imbal hasil obligasi bergerak terbalik.


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home