Loading...
BUDAYA
Penulis: Dewasasri M Wardani 15:46 WIB | Jumat, 29 April 2016

Adat Baduy Layak Terdaftar di UNESCO

Masyarakat suku Baduy. (Foto; belajar.kemdikbud.go.id)

LEBAK, SATUHARAPAN.COM - Pengamat sosial dari Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Lebak Encep Khaerudin, mengatakan adat Baduy yang tinggal di pedalaman Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, layak terdaftar di Man And Biosphere (MAB) United Unitions, Educational, Seintific and Culture Organization (UNESCO).

"Kami berharap adat Baduy masuk daftar di UNESCO, untuk menjaga pelestarian adat di dunia agar tidak menghilang," kata Encep yang juga dosen Ekonomi Syariah di Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Wasilatul Fallah Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Jumat (29/4).

Pendaftaran adat Baduy di UNESCO tersebut, guna melindungi warga minoritas agar tidak terancam menghilang.

Sebab, masyarakat Baduy hingga kini masih mempertahankan adat tersendiri dengan menolak modernisasi, seperti pembangunan jalan, penerangan listrik, membangun rumah gedung permanen, penggunaan elektronika dan lainnya.

Masyarakat Baduy, lebih mencintai terhadap lingkungan juga pelestarian hutan dan lahan.

Bahkan, mereka yang tinggal di pegunungan Kendeng itu, hingga kini komitmen melestarikan hutan.

Karena itu, pihaknya memberikan apresiasi terhadap adat masyarakat Baduy dengan jumlah penduduk di atas 11.000 jiwa tersebut, yang hingga kini menolak modernisasi.

"Kami berharap pemerintah mengusulkan adat Baduy terdaftar di UNESCO, karena bagian kekayaan budaya khasanah dunia," katanya.

Menurut dia, adat Baduy perlu dijaga kelestariannya oleh pemerintah, agar adat mereka tidak menghilang.

Kelebihan masyarakat adat itu, tentunya mereka sangat perhatian terhadap pelestarian hutan dan lahan agar tidak menimbulkan malapetaka bencana alam.

Masyarakat Baduy, hingga kini terus melakukan penghijauan di hutan tropis Provinsi Banten, dan melarang melakukan penebangan pohon di lahan-lahan hutan adat itu.

Saat ini, beberapa negara yang memiliki situs budaya dunia dan terdaftar pada UNESCO.

Negara Prancis, diantara memiliki 41 situs warisan adat budaya dunia terdaftar UNESCO, dan 31 pada daftar tentatif.

Selanjutnya, negara Jepang memiliki 19 situs budaya dunia terdaftar pada UNESCO, dan 31 situs dalam daftar tentatif.

Namun, Indonesia hanya memiliki 8 warisan situs dunia yang terdaftar pada UNESCO, dan 18 pada daftar sementara.

Sebetulnya, kata dia, Indonesia negara sangat kaya dengan memiliki kepulaun pertama di dunia dengan lebih 17.000 pulau, 1.034 etnis dan hutan tropis terbesar kedua di dunia setelah Brazil.

"Kami berharap Indonesia dapat menambah situs warisan dunia dengan adat Baduy itu masuk terdaftar di UNESCO,” katanya.

Sementara itu, tokoh pemuda Kabupaten Lebak Akhmad Kusaeni mengatakan, masyarakat Baduy bisa dijadikan wisata dunia, karena memiliki kehidupan yang unik, dan masih mempertahankan tradisi leluhurnya hingga mereka hidup terasing dari kemajuan zaman.

Budaya Baduy memiliki nilai jual yang mendunia, seperti kehidupan komunitas suku Aborigin di Australia, suku Amish di Amerika Serikat, atau suku Incha di Manchu Pichu Peru.

Kawasan hutan yang dihuni masyarakat Baduy seluas 5.100 hektare, tanpa jalan, jaringan listrik, televisi, radio, dan kendaraan.

Bahkan, masyarakat Baduy Dalam yang berpakaian putih-putih jika bepergian ke luar daerah harus berjalan kaki dan dilarang naik angkutan kendaraan.

"Kami berharap pemerintah terus menjaga kelestarian budaya adat itu," katanya.(Ant)

 

Editor : Eben E. Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home