Loading...
RELIGI
Penulis: Martahan Lumban Gaol 12:35 WIB | Jumat, 06 Februari 2015

“Agama Sejati Membawa Pesan Perdamaian”

Sejumlah pemuka agama dan pemimpin MPR dalam acara World Interfaith Harmony Week 2015. (Foto: Martahan Lumban Gaol)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Din Syamsuddin mengatakan agama sejati adalah agama yang membawa pesan perdamaian dalam setiap kata dan perbuatan. Oleh karena itu, dia mengajak seluruh masyarakat Indonesia menghargai kemajemukan yang ada sebagai sebuah anugerah untuk merajut kebersamaan dalam perdamaian.

“Agama sejati membawa perdamaian dalam kata dan perbuatan,” kata Din dalam acara World Interfaith Harmony Week 2015 ‘Merajut Kebhinekaan Menuju Keadilan dan Perdamaian, Bersama dalam Perbedaan, Berbeda dalam Kebersamaan’, di Gedung Nusantara IV, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (6/2).

“Marilah kita sebagai masyarakat Indonesia melihat kemejemukan yang ada sebagai anugurah, sehingga kita bisa memelihara kemajemukan itu, kemudian merajutnya dalama perdamaian,” dia menambahakn.

Menurut dia, dalam mewujudkan perdamaian, Indonesia menghadapi banyak tantangan. Mulai dari kesenjangan sosial, kekerasan, hingga ketidakadilan, menjadi musuh bersama. Sehingga dibutuhkan kesungguhan dalam menguntai kerukan dalam kata dan perbuaan.

“Semoga perayaan ini bisa memberi semangat pada seluruh umat beragama di Indonesia demi membangun kerukunan. Anak muda yang nyaris kehilangan asa karena lihat pembunuhan atas nama agama pun dapat semakin optimis ke depannya,” kata Din.

Mayoritas Ayomi Minoritas

Perwakilan Parisada Hindu Dharma Indonesia SN Suwisma mengharapkan bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai macam suku, bangsa, agama, dan ras, dari Sabang sampai Merauke, bisa mengedepankan semangat Bhinneka Tunggal Ika. Dimana penduduk mayoritas harus bisa mengayomi minoritas.

“Aku adalah kami dan kami adalah aku,” ujar dia.

Uung Sedana yang hadir sebagai perwakilan Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (Matakin) menyampaikan keyakinannya bahwa bangsa Indonesia sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa tidak terkira. Dia juga mengajak masyarakat Indonesia merajut semangat Bhinneka Tunggal Ika sebagai langkah mengelola dan mensyukuri anugerah Tuhan.

Sementara perwakilan Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) Pendeta Samuel Praseta mengatakan Allah memberi manusia perbedaan. Oleh karena itu, umat manusia harus menyuskuri kehadiran perbedaan tersebut, karena hal itu merupakan tujuan Allah menciptakan manusia.

“Karena kebersamaan bukan upaya di bumi saja, tapi harus jadi tolak ukur keberadaan manusia,” ujar dia.

Pendeta Samuel menambahkan PGI bersama seluruh komponen bangsa akan berjuan dalam merawat semangat kebersamaan di Tanah Air.

Bangun Keluarga Beriman

Ajakan yang sama disampaikan perwakilan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) Romo Paskalis Bruno Syukur. Dia mengimbau komponen bangsa bisa membangun persaudaraan, bukan karena kesamaan pandangan politis tapi dengan alasan diciptakan satu oleh Allah.

“Kita bangun kembali keluarga taat beriman, karena dengan begitu akan mendidik kita cara menciptakan perdamaian,” ujar dia.

Romo Paskalis pun yakin perdamaian dunia bisa terwujud jika masyarakat Indonesia mau berdoa bersama, lalu kembali pada Allah dengan cara yang diajarkan oleh masing-masing agama. “Maka kita akan menjadi anak-anak allah yang mewartakan perdamaian itu,” kata perwakilan KWI itu.

Perwakilan dari Pengurus Besar Nadhatul Ulama (PBNU) Muhammad Iqbal Sullam berpandangan sesungguhnya Tuhan adalah sat. demikian juga bumi adalah satu, sehingga perbedaan ataupun kepercaayaan harus dirajut untuk merawat bumi yang tengah dalam kondisi carut marut.

“Tujuannya, menuju pada Keridhaan Allah SWT,” kata Iqbal Sullam.

Sadar Diri

Utusan Perwakilan Umat Budha Indonesia (Walubi) mengatakan masyarakat Indonesia harus sadar diri sebagai manusia yang telah beruntung dilahirkan di dunia. Menurut dia, walau setiap orang memiliki kemampuan berbeda-beda, namun tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan yang telah diberikan Tuhan, dengan menjadi manusia berguna bagi diri sendiri, keluarga, bangsa, masyarakat, bahkan bagi semua mahluk di alam semesta.

“Sekuat apapun kemampuan seorang manusia, pasti akan menghadapi kenyataan tua, sakit, dan meninggal dunia. Jadi, jangan sampai nanti meninggal sengsara karena perbuatan tidak berguna selama hidup di dunia,” ujar dia.

Ditemui selepas acara, Ketua MPR Zulkifli Hasan mengatakan acara World Interfaith Harmony Week 2015 adalah acara perdamaian yang sejalan dengan visi dan misi MPR periode 2014-2019. Menurut dia,  persoalan kebangsaan Indonesia saat ini tidak lagi berkaitan dengan suku dan agama, karena dalam hal tersebut masyarakat Indonesia telah menjadi satu.

“Musuh bersama kita saat ini adalah kemiskinan, kekurangan gizi, buruknya pendidikan, dan tingkat pengangguran yang masih tinggi di Indonesia,” ujat politisi PAN itu.

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home