Loading...
SAINS
Penulis: Melki Pangaribuan 13:38 WIB | Rabu, 27 November 2013

Aung San Suu Kyi Akan Terima Doktor Honoris Causa di Australia

Aung San Suu Kyi. (Foto: VF.com)

CANBERRA, SATUHARAPAN.COM - Aktivis prodemokrasi Myanmar, Aung San Suu Kyi akan menerima gelar Doktor Honoris Causa dari Australian National University, Canberra, pada Jumat pekan ini (29/11), di Australia.

Pemenang Nobel Perdamaian ini tiba di Australia, pada Rabu ini (27/11) untuk menyerukan kepada dunia internasional agar lebih memperhatikan reformasi demokratis di negaranya, Myanmar. Dia dijadwalkan berada di Australia selama lima hari dan akan mengunjungi Melbourne, Canberra, Sydney, dan memberikan beberapa pidato di gedung Sydney Opera House, pada Rabu sore ini waktu setempat.

Menteri Luar Negeri Australia, Julie Bishop mengatakan, Suu Kyi adalah salah satu tokoh paling menginspirasi dalam satu abad terakhir dan dia senang sekali dapat menyambut Suu Kyi di Australia. “Australia mendukung reformasi politis dan ekonomis yang tengah diadakan pemerintah Myanmar. Termasuk juga pemilihan umum khusus bulan April 2012, saat Aung San Suu Kyi dan anggota-anggota lain Liga Demokrasi Nasional memasuki parlemen,” kata Menlu Bishop itu.

Sementara itu, bantuan Australia ke Myanmar tercatat sebesar 82,8 miliar dollar (Rp 877 triliun) dan direncanakan meningkat menjadi 100 juta dollar pada tahun 2015/16. Namun, dampak bantuan yang telah dikucurkan Australia saat ini masih belum jelas. Saat ini Australia tengah meninjau anggaran bantuan luar negerinya.

Profil Singkat Aung San Suu Kyi

Aung San Suu Kyi adalah anak dari pahlawan kemerdekaan Myanmar, Jenderal Aung San. Ia dikenal karena bergabung dengan gerakan prodemokrasi Myanmar. Partainya, Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD), memenangkan pemilu pada tahun 1990 namun dihalangi oleh junta militer supaya tidak mendapatkan jabatan tersebut.

Suu Kyi kemudian menjalani tahanan rumah selama bertahun-tahun, bahkan saat suaminya Michael Aris meninggal di Inggris. Ia kemudian dibebaskan tahun 2010.

Myanmar dikenal oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai salah satu rezim dengan penindasan paling berat di dunia. Dalam kunjungan ke parlemen Inggris di London tahun 2012, Suu Kyi menyatakan status reformasi di Myanmar masih lemah.

“Kalau kita tidak benar dalam melaksanakan berbagai hal kali ini, mungkin baru beberapa puluh tahun dari sekarang ada kesempatan lagi,” kata Suu Kyi. (ABC)

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home