Loading...
INSPIRASI
Penulis: H. Hans Panjaitan 01:00 WIB | Jumat, 08 Mei 2015

Belajar Budi Pekerti di Metromini

Anak belajar budi pekerti dari orangtuanya.
Foto: istimewa

SATU HARAPAN.COM – Siang itu panas terik. Metromini yang saya tumpangi melaju dengan kecepatan biasa-biasa saja. Tidak ngebut, tak juga lambat. Penumpang penuh, meski tidak sampai berjejalan. Semua bangku terisi. Beberapa penumpang berdiri. Sebagian besar penumpang tampak mengipas-ngipas bagian wajah dengan benda apa saja yang bisa menghasilkan angin semilir. Ada yang pakai koran, buku, uang kertas, bahkan telapak tangan.

Di bangku tengah, seorang ibu muda duduk tenang bersama bocah perempuan berseragam TK. Dilihat dari busananya, Sang Ibu tampaknya wanita baik, sopan, sayang anak, serta berpendidikan. Sepanjang perjalanan itu ia terus mengajak bercanda putrinya.        

Di sebuah halte, Metromini berhenti  untuk menurunkan dan menaikkan penumpang. Tetapi, tetap saja penuh, bahkan hampir sesak karena penumpang yang naik lebih banyak dari yang turun. Seorang pemuda yang baru naik, berdiri di samping  ibu dan anak yang masih bercanda. Melihat gaya pakaian dan ransel yang ditentengnya, bisa jadi dia seorang mahasiswa. Ibu dan anak itu sesekali cekikikan. Sementara Si Pemuda memperhatikan dengan saksama.

”Maaf Bu, apa tidak sebaiknya putri ibu dipangku agar nenek ini bisa duduk?” sapa anak muda itu sambil menunjuk seorang ibu tua yang tak kebagian tempat duduk.

”Enak saja, anak saya ini bayar ongkos, kok!” jawab ibu muda ketus.

”Kalau naik metromini, anak kecil mah nggak usah bayar, Bu! Dipangku saja. Kasihan tuh orang tua jadi tidak dapat tempat duduk,” kata pemuda itu tersenyum, lalu terdiam.

Kejadian yang jamak terjadi. Sudah biasa kita menyaksikan tempat duduk ”diborong” seorang bapak atau ibu supaya anaknya bisa duduk anteng. Padahal anak kecil tidak usah bayar. Dia bisa digendong supaya penumpang lain dapat tempat duduk. Kalau penumpang masih sedikit, tidak masalah anak kecil disuruh duduk, tetapi langsung dipangku bila ada orang yang tua naik.

Sikap ibu yang tidak mau berbagi tempat duduk kepada orang lain dengan alasan anaknya bayar ongkos patut disesalkan. Tanpa sadar ibu muda itu sudah mengajari anaknya bersikap kurang ajar. Ke depan, Si Anak terbiasa duduk manis walau ada orang tua berdiri. Padahal, apabila sejak dini anak diajari bertenggang rasa dengan orang lain, kelak ia akan mempersilakan orang yang lebih tua untuk duduk di angkutan umum. Jika Sang Ibu mempersilakan orang lain duduk, dalam sanubari anak itu akan tertanam sifat welas asih dan menghormati orang tua.

Sayang memang!

 

Editor: ymindrasmoro

Email: inspirasi@satuharapan.com


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home