Loading...
INSPIRASI
Penulis: Yoel M Indrasmoro 01:00 WIB | Sabtu, 09 Mei 2015

Bukan Kamu yang Memilih Aku

Semua merupakan prerogatif Allah.
Petrus dan Kornelius (foto: istimewa)

SATU HARAPAN.COM – ”Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu.” (Yoh. 15:16). Demikianlah pernyataan sekaligus amanat Yesus kepada para murid-Nya; juga kepada kita, para pengikut-Nya. Dalam pernyataan itu, jelaslah Allah memilih kita.  

Memilih merupakan tindakan aktif; dan pastilah disengaja. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, memilih berarti menentukan sesuatu yang dianggap sesuai dengan kesukaan atau selera. Memilih dapat juga berarti mencari atau memisahkan-misahkan mana yang baik. Dalam memilih nyatalah hak seseorang. Dan berkait dengan pilihan, orang luar tak mungkin campur tangan. Itu merupakan prerogatif orang itu sendiri.

”Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu.” Dalam kalimat itu jelas: Allah sendirilah yang telah memilih kita menjadi anak-Nya, dan bukan sebaliknya. Kenyataan dalam kehidupan manusiawi memang demikian: tidak mungkin seseorang mengajukan diri menjadi anak angkat. Yang mungkin terjadi hanyalah seseorang mengambil anak orang lain menjadi anak angkatnya.

Pemilihan itu merupakan hak Allah. Itu jugalah yang terlihat jelas ketika Allah memerintahkan Petrus untuk menemui Kornelius. Petrus akhirnya sadar bahwa Allah berkuasa untuk menetapkan siapa saja orang yang dipilihnya. Dan mengenai pilihan itu, Petrus tidak perlu dan tidak mungkin protes karena memang berada dalam wilayah kedaulatan Allah.

Lukas mencatat: ”Ketika Petrus sedang berkata demikian, turunlah Roh Kudus ke atas semua orang yang mendengarkan pemberitaan itu. Dan semua orang percaya dari golongan bersunat yang menyertai Petrus, tercengang-cengang, karena melihat, bahwa karunia Roh Kudus dicurahkan ke atas bangsa-bangsa lain juga, sebab mereka mendengar orang-orang itu berkata-kata dalam bahasa roh dan memuliakan Allah.” (Kis. 10:44-46).

Jelas terlihat dalam catatan Lukas bahwa Allah berkenan kepada Kornelius dan para saudara dan sahabatnya. Bicara soal perkenanan, sekali lagi merupakan hak isitimewa Allah. Petrus tidak boleh protes. Meski bangsa Yahudi merupakan umat pilihan Allah, Petrus memahami bahwa dia tidak bisa berbuat apa pun kala Allah menyatakan kasih-Nya kepada bangsa lain.

Ungkapan ”turunlah Roh Kudus ke atas semua orang yang mendengarkan pemberitaan itu” memperlihatkan dengan gamblang hak istimewa Allah. Dan Petrus pun hanya dapat berkata: ”Bolehkah orang mencegah untuk membaptis orang-orang ini dengan air, sedangkan mereka telah menerima Roh Kudus sama seperti kita?” (Kis. 10:47). Dia tidak bisa berbuat lain. Jika Tuhan berkehendak, manusia hanya bisa menerima kedaulatan Allah itu tanpa syarat.

 

Editor: ymindrasmoro

Email: inspirasi@satuharapan.com


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home