Loading...
SAINS
Penulis: Kartika Virgianti 10:37 WIB | Senin, 04 November 2013

Caregiver Meeting Alzheimer Indonesia: 7 Tahap Penyakit Alzheimer

Dokter Martina Nasrun, geriatric psychiatrist yayasan Alzheimer Indonesia. (Foto: Kartika V.)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Masyarakat Indonesia saat ini masih banyak yang belum bisa membedakan penyakit penurunan kognitif (pikun) seperti demensia dan alzheimer. Menurut dokter Martina Nasrun, geriatric psychiatrist dari yayasan Alzheimer Indonesia yang mempresentasikan selama 30 menit dalam acara Caregiver Meeting, mengenai cara membedakannya, yaitu kalau orang alzheimer pasti demensia, sedangkan orang yang demensia belum tentu alzheimer, karena masih ada setumpuk penyakit lain yang menyebabkan demensia, seperti stroke, penyakit tiroid, kecanduan alkohol, parkinson, infeksi, HIV AIDS, dan lain sebagainya.

Caregiver Meeting yang berlangsung selama dua setengah jam kali ini bertemakan 7 stage of alzheimer atau tujuh tahapan penyakit alzheimer, bertempat di Golf Hill Terrace Apartment Pondok Indah, Sabtu (2/11).

Demensia adalah penurunan fungsi intelektual, fungsi kognitif, yaitu daya ingat, daya pikir, berbahasa, membuat konsep, kemampuan visuospasial, fungsi eksekutif (tugas merencanakan, mengorganisasi semua kegiatan, membuat keputusan dan melaksanakannya), semua ini merosot yang mengganggu keseharian orang tersebut, biasanya juga disertai dengan perubahan perilaku, perubahan emosi.

Kriteria demensia bisa terlihat dari kemandiriannya, yakni penderita tidak lagi mampu melakukan aktivitas dasar kehidupannya seperti mandi, makan, pindah tempat, dan lainnya.

Orang yang umurnya 80 tahun menurut laporan berbagai penelitian, hanya sepertiga yang mengalami pikun, sedangkan dua pertiganya tetap normal, kognitifnya tetap bagus di usia 80an. Orang yang jika pada usia 60an mengalami penurunan kognitif, kebanyakan disebabkan karena penyakit alzheimer. Ada tujuh tahapan penyekit alzheimer yang ditemukan oleh Profesor Ricebird, antara lain sebagai berikut.

Tahapan Penyakit Alzheimer

Tahap pertama normal, yaitu mampu menyimpan informasi, mampu memanggilnya kembali, mampu memahami berbagai konsep yang abstrak, mampu membuat keputusan yang jelas, mampu mandiri, bisa mengelola segala kepantingan hidup kita, misalnya bepergian, menyiapkan makanan, mengelola keuangan tanpa perlu bantuan orang.

Tahapan kedua, normal age forgetfulness (lupa yang masih normal sesuai dengan usia). Misalnya lupa pada usia 65-an, walaupun lupa tapi masih bisa mengatasinya sendiri, misalnya dengan membuat catatan.  

Tahapan ketiga, mild cognitive impairment/MCI (ada kegagalan dari fungsi otak). Lupa yang frekuensnya serng dan mengganggu aktivitasnya. Misalnya mau berangkat lupa taruh kunci mobil. Tapi MCI ini belum bisa dikatakan penyakit, melainkan baru merupakan sebuah kondisi. Bisa juga menjadi gejala awal demensia (overlap antara normal dengan demensia). Lupa karena kurang tidur, kelelahan, banyak kerjaan, setelah tidur bisa normal kembali. Akan tetapi jika MCI ini merupakan gejala pra-demensia. Menurut penelitian, 50-70 persen kondisi MCI ini akan terus memburuk dalam 5-6 tahun.

Tahapan keempat yakni alzheimer ringan, gejalanya muncul sekitar 2-3 tahun. Gejala ini akan terasa sekali jika penderita tinggal sendiri, di mana dia tidak bisa masak, tidak bisa mencuci pakaian, semua pekerjaan rumahnya berantakan. Tapi kalau dia tinggal bersama keluarga biasanya tidak ketahuan, karena sering dibantu. Kemudian tanda lainnya yang muncul yaitu apatis, emosinya tidak stabil, bisa cuek ataupun marah-marah.

Tahapan kelima alzheimer sedang (moderate), pada tahap ini penderita sudah kehilangan kemandiriannya, tidak bisa lagi melakukan aktivitas sehari-harinya tanpa bantuan orang lain. Penderita sudah mulai merasakan disorientasi tempat, disorientasi waktu, kalau berada di luar rumah bisa tersasar ataupun hilang.

Tahapan keenam alzheimer sedang berat (moderate severe), yaitu fungsi kognitifnya semakin turun. Kalau pada anak-anak disebut tumbuh kembang (growing up), tapi pada penderita alzheimer disebut tumbuh surut (growing down) pada fungsi kognitifnya, sedangkan tubuhnya biasanya masih baik. Emosinya juga bisa meledak-ledak karena dia sudah tidak mengerti apa yang terjadi di sekelilingnya dan menjadi bingung.

Tahap akhir alzheimer berat sekali (severe), yaitu kondisi di mana penderita sudah menjadi seperti bayi kembali (growing down), dari kognitif dan perilakunya. Misalnya lupa cara makan, makan bisa tersedak, di mana reflek batuknya ini bisa membahayakan dirinya, tidak mampu lagi melakukan sanitasi seperti mandi, buang air, mengompol. Reflek patologisnya pun sudah menjadi seperti bayi, misalnya genggaman tangan, mulutnya menghisap seperti bayi.

Yang paling penting kita bisa memahami anggota keluarga yang demensia sekarang ini sedang berada di tahap mana. Kalau di tahap awal, misalnya pada tahap MCI dan moderate, kebanyakan penderita selalu menyangkal, dan biasanya penderita selalu mengaku aktifitasnya masih baik-baik saja, contohnya mengaku pada dokter yang memeriksanya bahwa dia masih bisa menyetir mobil, menjalankan bisnis, dan lain sebagainya.

Pada akhir acara ini juga ada survey pemahaman masyarakat tentang demensia alzheimer di Indonesia, yang diharapkan nantinya Indonesia punya Demensia National Plan. Pertemuan ini dihadiri oleh sekitar 50 peserta, bertambah dua kali lipatnya dari bulan lalu sekitar 24 orang, hal ini menunjukkan semakin banyak masyarakat kita yang semakin concern terhadap penyakit demensia alzheimer. Caregiver meeting selanjutnya akan diadakan pada 7 Desember 2013 di lokasi yang sama.

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home