Loading...
SAINS
Penulis: Kartika Virgianti 10:43 WIB | Senin, 04 November 2013

Bagaimana Menghadapi Tekanan Merawat Penderita Alzheimer?

Esthetika Wulandari, health communication specialist yayasan Alzheimer Indonesia. (Foto: Alzheimer Indonesia)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Lelah, kesal, marah, dan lain sebagainya saat merawat penderita, adalah hal yang manusiawi. Lalu apa yang bisa kita lakukan? Jawabannya disampaikan dalam acara Caregiver Meeting Alzheimer Indonesia, Sabtu (2/11). Pada sesi group sharing discussion yang dipimpin Esthetika Wulandari, health communication specialist Yayasan Alzheimer Indonesia, menjelaskan bahwa hal pertama yang perlu kita lakukan yaitu jangan terlalu mengambil hati perilaku keluarga yang menderita alzheimer sebagai serangan personal.

Misalnya, seringkali penderita lupa menaruh suatu barang miliknya lalu ia menuduh kita yang mencuri, menjelek-jelekkan kita dengan kata-kata kasar. Jangan menjadikan perilaku mereka sebagai sesuatu yang menyakiti kita, bahkan sampai meneruskan konfrontasi. Dengan melakukan ini, tanggapan bisa menjadi bentuk survival mental bagi diri kita.

Kenali juga batas diri kita dan hindari terlalu memaksakan diri, sampai tidak ada waktu untuk sekadar bepergian (misalnya untuk bersenang-senang) karena rasa khawatir. Jika memaksakan diri, kemungkinan untuk tidak sabar, meledak, frustrasi itu jauh lebih tinggi akibat kehabisan energi.

Selain itu harus ada orang yang bisa menggantikan kita (support system), misalnya dalam keluarga ada tiga bersaudara, sepupu, anak, asisten rumah tangga yang bisa saling bergantian merawat penderita alzheimer. Jadi, setiap orang dalam support system ini harus melakukannya secara bergantian, dan masing-masing memiliki kesempatan untuk beristirahat.

Pada dasarnya, kita bisa memberikan pendampingan dan perawatan yang jauh lebih baik jika kondisi kita sendiri punya energi positif, segar, bisa memberi. Jadi jangan malu untuk mengatakan pada support system kita untuk minta tolong, dan lakukan istirahat mental untuk mengisi ulang energi positif kita.  

Alternatif lainnya bisa mencari dukungan misalnya teman yang bisa mengerti atau sesama caregiver, yayasan, karena kita selalu butuh tempat untuk bercerita, dan mencari tahu apa yang perlu kita lakukan selanjutnya.

Pertemuan ini dihadiri oleh sekitar 50 peserta, bertambah dua kali lipatnya dari bulan lalu sekitar 24 orang, hal ini menunjukkan semakin banyak masyarakat kita yang semakin concern terhadap penyakit demensia alzheimer. Pada akhir acara ini juga ada survey pemahaman masyarakat tentang demensia alzheimer di Indonesia, yang diharapkan nantinya Indonesia punya Demensia National Plan. Caregiver meeting selanjutnya akan diadakan pada tanggal 7 Desember 2013 di Golf Hill Terrace Apartment Pondok Indah, dan terbuka bagi masyarakat umum.

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home