Loading...
INDONESIA
Penulis: Endang Saputra 12:56 WIB | Sabtu, 10 Oktober 2015

Hashim: Lestarikan Pusaka Indonesia Untuk Jati diri Dan Kebanggaan Bangsa

Ketua Dewan Pembina Badan Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI) Hashim Djojohadikusumo. (Foto: Dok.satuharapan.com/Endang Saputra)

BOGOR, SATUHARAPAN.COM – Ketua Dewan Pembina Badan Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI), Hashim Djojohadikusumo, mengatakan bahwa pusaka Indonesia harus dilestarikan karena di dalamnya terlihat jati diri, identitas diri dan kebanggaan bangsa yang sangat unik dan tidak dimiliki bangsa-bangsa lain.

Menurut Hashim yang dimaksud dengan pusaka Indonesia mencakup pusaka alam, pusaka budaya, dan pusaka saujana.

“Pusaka alam adalah semua bentuk bentukan alam ciptaan Tuhan yang istimewa. Pusaka budaya mencakup semua hasil cipta, rasa, karsa, dan karya  yang  berwujud benda (tangible) dan pusaka tidak berwujud benda (intangible). Dan yang terakhir adalah kekayaan saujana, yaitu gabungan pusaka alam dan pusaka budaya dalam kesatuan ruang dan waktu,”  kata Hashim Djojohadikusumo dalam pidato kunci pada Temu Pusaka 2015, di Bogor hari Sabtu (10/10).

Pusaka Indonesia, kata Hashim, merupakan formulasi yang sangat padat, penuh kepercayaan diri dan mencakup semua hakikat kekayaan sebuah bangsa yang didalamnya juga menyatakan pengakuan betapa besarnya anugerah yang diberikan oleh Sang Maha Pencipta, kepada bangsa Indonesia.

Pertanyaannya, kenapa pusaka Indonesia tersebut perlu dilestarikan? Untuk siapa ia harus dilestarikan dan siapa yang harus melestarikan?

"Dari berbagai kemungkinan jawaban yang dapat diberikan dari berbagai sudut pandang, hanya ada satu hal yang pasti, yaitu; pusaka Indonesia harus dilestarikan karena di dalam dan melaluinya kita melihat jati diri kita sebagai bangsa, identitas diri kita sebagai bangsa. Kebangsaan kita sebagai bangsa, yang sangat unik dan tidak dimiliki bangsa-bangsa lain,”  kata Hashim.

Hashim  berpendapat kalau ingin memelihara jati diri, identitas dan menjaga martabat kebanggaan bangsa maka seharusnya pusaka Indonesia menjadi kepedulian dan kewajiban semua orang yang mengaku Indonesia baik pemerintah  maupun masyarakat dan ormas lainnya.

“Dan oleh karena itu, pusaka Indonesia bukan soal masa lalu, ia penting bagi masa kini dan masa datang. Bicara tentang pusaka Indonesia, kita tidak bicara mengenai milik siapa dan siapa yang paling berhak ataupun siapa yang harus diuntungkan, karena kita akan melihatnya sebagai sebuah kepentingan bersama sebagai bangsa Indonesia,” kata dia.

Hashim mengatakan gerakan masyarakat untuk mengawal kelestarian pusaka Indonesia dimulai sejak tahun 1990 yaitu ditandai dengan berdirinya beragam bentuk organisasi masyarakat, paguyuban dan kelompok komunitas peduli pelestarian pusaka. Hubungan yang kuat dibangun melalui Jaringan Pelestarian Pusaka Indonesia (JPPI) pada tahun 2000 di Bali yang akhirnya mendorong diformalkannya perkumpulan yang diberi nama Badan Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI/Indonesian Heritage Trust) pada tahun 2004.

Gerakan yang inisiatifnya datang dari masyarakat, akan menjadi lebih dahsyat dan menggigit serta memberi dampak nyata, apabila tingkat kesadaran masyarakat tentang pelestarian pusaka diimbangi dengan pelibatan pemerintah di pusat dan daerah secara aktif.

“Pemerintah seharusnya lebih terlibat dengan menumbuhkan 'sense of urgency' dalam melindungi pusaka Indonesia. Karena ini menyangkut jati diri, Indentitas diri dan kebanggaan bangsa,” kata dia.

Hashim mengatakan tidak ada salahnya belajar dari kegagalan dan keberhasilan banyak negara dunia dalam hal ini. Banyak negara-negara besar juga melewati fase di mana mereka tidak menaruh perhatian cukup bagi pusaka mereka. Namun pada satu titik, mereka berhasil mentransformasi situasi, yaitu ketika mereka berhasil menumbuhkan 'sense of urgency' dan bekerja keras dalam mengelola pusaka mereka.

“Kebijakan pelestarian, insentif untuk pelestari serta pengurangan pajak bumi dan bangunan untuk bangunan bersejarah merupakan salah satu contoh peran aktif pemerintah melindungi pusakanya. Sekali hilang atau rusak, pusaka tidak bisa dikembalikan seperti layaknya. Peran pemerintah harus lebih besar dalam menyelamatkan pusaka kita,” kata dia.

“Akhirnya, saya mau menyerukan kepada semua pihak yang menyebut dirinya sebagai bagian dari Indonesia, termasuk pada pemerintah, jangan tunda lagi. Mari kita lakukan dan  jaga serta kawal semua usaha melestarikan pusaka Indonesia, sebagai sebuah kesadaran menjaga jati diri, identitas bangsa dan kebanggan kita sebagai Indonesia! Sekarang! Atau kita akan kehilangan segalanya,” dia menambahkan.

Temu Pusaka Indonesia untuk ke-21 kalinya ini diselenggarakan oleh Badan Pelestarian Indonesia (Indonesian Heritage Trusts) diikuti oleh semua mitra pelestari dari seluruh Indonesia.  TPI 2015 di Bogor ini mengambil tema “Kekayaan Pusaka Alam, Budaya dan Saujana Untuk Kesejahteraan Rakyat,” didukung penuh oleh Pemerintah Kota Bogor.

Editor : Eben E. Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home