Loading...
EKONOMI
Penulis: Diah Anggraeni Retnaningrum 17:13 WIB | Kamis, 11 Juni 2015

IOM: Ekonomi Jadi Alasan Utama Perdagangan Manusia Terjadi

Para aktivis buruh migran saat menggelar aksi di depan gedung Kedutaan Besar Arab Saudi dengan membawa atribut berupa poster protes terhadap hukuman pancung yang dilakukan oleh pemerintah Arab Saudi. (Foto: Dok satuharapan.com/Dedy Istanto)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – National Project Coordinator for Counter Trafficking and Labor Unit International Organization fo Migration (IOM) Nurul Khoiriyah mengungkapkan faktor ekonomi atau kemiskinan merupakan alasan utama mengapa perdagangan manusia (human trafficking) terjadi.

“Lebih dari 80 persen korban trafficking mayoritas masuk dalam tindak pidana perdagangan orang (TPPO) karena kemiskinan dan pengangguran,” kata Nurul dalam jumpa pers Private Sector Annual Forum 2015 Memperkuat Peran dari Sektor Swasta Dalam Upaya Pencegahan TPPO di Menara Kadin Jalan H.R Rasuna Said Jakarta Selatan, Kamis (11/6).

“Mereka menjadi tenaga kerja Indonesia (TKI) melalui cara-cara yang tidak resmi atau bahkan legal tapi kemudian menjadi korban trafficking. Alasannya banyak. Karena ingin membantu perbaikan ekonomi. Ini tentu karena situasi kemiskinan mereka menjadi tidak berdaya dan belum lagi terjerat pada situasi hutang kepada calo sehingga tidak bisa lepas. Nah melihat dr sisi itu kita tidak akan mungkin menyelesaikan TPPO ini kalau kita tidak bisa menyelesaikan persoalan ekonomi.”

Oleh karena itu, kata dia, Kadin memiliki peran penting untuk membantu IOM memberikan pemberdayaan atau pelatihan tentang pengelolaan bisnis kepada korban trafficking maupun masyarakat miskin agar tidak terjebak dalam TPPO.

Ketua Satgas TKI Kadin Nofel Saleh Halibi mengatakan bahwa Kadin menyambut baik ajakan kerja sama tersebut dan akan mendorong seluruh anggota Kadin khususnya di daerah untuk melakukan pendampingan secara khusus bagi korban trafficking atau masyarakat miskin yang ingin masuk dalam dunia usaha.

“Kita juga akan transfer knowledge tentang dunia usaha seperti yang tadi dibicarakan bahwa kita juga pengusaha punya CSR agar usaha kecil menengah (UKM)  punya usaha yang layak dan sustainable. Kami juga akan memberdayakan Kadin di daerah untuk membantu mereka berwirausaha,” kata Nofel menegaskan.

Selain faktor ekonomi, kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) juga merupakan salah satu alasan mengapa mereka terjebak dalam TPPO.

“Kemiskinan memang jadi alasan mengapa human trafficking ini terjadi. Namun bkn itu satu-satunya alasan. Alasan yang lain adalah kekerasan dalam rumah tangga yang membuat korban ingin pergi dari rumah dan akhirnya terjebak dalam TPPO,” kata Nurul.

Dalam perkembangannya, Nurul menjelaskan bahwa IOM sudah memberikan pertolongan kepada para korban TPPO. Misalnya membantu mendirikan koperasi yang uangnya dipakai oleh para korban tersebut untuk berbisnis atau mendirikan ternak sapi, ayam, perkebunan pisang, jamur dan toko kelontong. Salah satu koperasi yang berkembang adalah di Wonosobo yang saat ini sudah memiliki anggota lebih dari 700 orang. Nurul mengatakan bahwa anggota tersebut tidak berasal dari korban TPPO saja tapi juga dari masyarakat sekitar yang tertarik untuk berwirausaha.

“Di Malang ada 40 orang usahanya perah susu sapi. Kita berikan 15 ekor sapi .Di Banyuwangi ternak kambing, Lombok Timur juga kambing. Di Jawa Barat jamur, furnitur, ikan, juga ada di Pemalang mantan ABK (Anak Buah Kapal) yang mereka bilang mereka mau melaut akhirnya kita buatkan kapal. Ada yang di Lampung itu ternak kambing etawa, susu kambing, jagung dan juga ada penggilingan padi,” kata Nurul.

Tidak hanya sektor modal saja yang diberikan oleh IOM tapi bantuan medis, pemulangan korban TPPO ke daerah asal, bantuan konseling jika ada yang mengalami gangguan jiwa dan juga bantuan hukum jika ada korban yang ingin menuntut secara resmi.

 

Editor : Eben Ezer Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home