Loading...
RELIGI
Penulis: Ignatius Dwiana 18:49 WIB | Selasa, 25 Februari 2014

Irak Berupaya Lestarikan Peninggalan Kekristenan, Bahasa Suryani

Orang Kristen Irak berziarah ke tempat kelahiran Abraham dengan mengunjungi reruntuhan Ur dekat Nasiriyah di provinsi selatan Dhi Qar pada 22 November 2013. (Foto: Reuters/Essam Al-Sudani)

IRAK, SATUHARAPAN.COM – Irak berupaya melestarikan bahasa Suryani, salah satu cabang bahasa Aramaik yang digunakan komunitas Kristen di wilayah Asia Barat yang meliputi Irak, Iran, Palestina, Suriah, Yordania, dan sekitarnya. Bahasa Aramaik digunakan dalam percakapan sehari-hari Yesus dan masyarakat pada zamannya.

Selama 11 tahun terakhir, jumlah penduduk Kristen di Irak menurun lebih dari 75 persen. Penurunan ini mulai secara bertahap setelah 2003, menyusul naiknya kekerasan dan serangan yang menyasar orang Kristen. Sebelum 2003, ada sekitar 1,5 juta orang Kristen di Irak. Menurut gereja baru-baru ini, jumlahnya hanya tersisa 300 ribu.

Perbedaan drastis ini yang mendorong pejabat administrasi bertanggung jawab atas pendidikan untuk menemukan cara melestarikan warisan budaya dan agama Kristen di Irak. Kekristenan adalah komponen utama masyarakat Irak. Sifat mengabaikan itu memungkinkan Kekristenan hilang dalam keadaan apa pun.

Direktur Jenderal Direktorat Studi Suryani, Emad Salem Jeju berbicara tentang keputusan Kementerian Pendidikan untuk memasukkan Studi Suryani dan pendidikan agama Kristen dalam kurikulum di 152 sekolah umum di propinsi Baghdad, Niniwe, dan Kirkuk. Tujuannya untuk melestarikan bahasa Suryani, bahasa ibu dari semua denominasi Kristen. Sekolah-sekolah ini dipilih berdasarkan jumlah penduduk Kristen yang besar wilayah ini.

Menurut Jeju, sekolah yang dipilih terdaftar keseluruhannya 20.500 siswa. Selain mengajar bahasa Suryani, mereka juga menawarkan pendidikan agama Kristen. Jeju mengatakan bahwa sebuah komite Dewan Uskup Katolik Irak telah bekerja pada pengembangan kurikulum baru untuk pendidikan agama Kristen yang akan dikeluarkan tahun depan. Sekolah-sekolah itu saat ini menggunakan kurikulum yang sama dengan sekolah-sekolah di wilayah Irak Kurdistan.

Inisiatif ini muncul dengan tujuan untuk memenuhi denominasi Kristen di Irak dan untuk menggambarkan bahwa ajaran agama tidak terbatas hanya pada satu sekte. Irak memiliki 14 denominasi Kristen yang diakui secara resmi dan menjadi akar sejarah di negeri ini.

Sekolah-sekolah mengajar bahasa Suryani dan studi agama Kristen yang dibagi menjadi dua bagian. Dalam satu bagian, seluruh kurikulum yang diajarkan dalam bahasa Suryani, sementara di bagian lain hanya kursus bahasa Suryani dan studi agama diajarkan dalam bahasa Suryani. Pada bagian terakhir, semua mata pelajaran lainnya dengan disetujui Menteri Pendidikan untuk diajarkan dalam bahasa Arab.

Pada 16 Agustus 2011, parlemen Irak telah menyatakan pembukaan Direktorat Jenderal Kebudayaan dan Seni Suryani. Ini mewakili peluncuran beberapa kegiatan diarahkan untuk menghidupkan kembali bahasa Suryani. Meskipun keputusan parlemen dapat dianggap agak terlambat, Pemerintah Daerah Kurdistan telah mengambil langkah seperti pada 1990-an. Banyak orang Kristen dilihat sebagai keuntungan nyata dan kesempatan untuk mendalami peradaban itu Irak.

Di antara mereka yang memuji keputusan adalah Enlil Issac Yako, seorang guru di Sekolah Dasar Suryani Erdan di provinsi Dahuk. Menyusul keputusan itu, dia menulis di jaringan situs resmi Gerakan Demokratik Asiria (Zowaa). Tulisnya,"Keputusan ini merupakan keuntungan nasional, karena bahasa adalah dasar setiap bangsa bersama dengan tanah, manusia, agama, budaya, adat istiadat, dan tradisi. Ini merupakan langkah penting karena orang kami saat ini menghadapi dampak dari tahapan saat ini, sebagai upaya untuk membuktikan keberadaan mereka dan identitas nasional di tanah nenek moyang mereka, karena mereka adalah komponen asli dan kuno peradaban negara."

Penerapan keputusan itu menghadapi sejumlah kendala. Banyak keluarga Kristen tidak berbicara bahasa Suryani dengan lancar, terutama di kota Mosul. Hal ini disampaikan Athena Baba Younathan, asisten direktur Sekolah Dasar Al-Farah, yang berafiliasi dengan komunitas Kristen Ortodoks di Irak. Younathan mengatakan bahwa begitu banyak masyarakat Suryani dan keluarga Khaldea tidak berbicara bahasa Suryani. Mereka enggan mendorong anak-anak mereka belajar bahasa Suryani di sekolah. Tetapi, para siswa tidak memiliki masalah belajar bahasa, tambahnya. (al-monitor.com)

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home