Jokowi Rayakan Lebaran di Aceh, Ini Pandangan Warga

LHOKSEUMAWE, SATUHARAPAN.COM – Seperti dalam tradisi Hari Raya Idul Fitri sebelumnya, Presiden-presiden Indonesia terdahulu selalu merayakannya di Jakarta dengan melakukan salat Id di Masjid Istiqlal dan menyelenggarakan Open House di Istana Negara.

Namun, berbeda dengan yang dilakukan Presiden RI ketujuh ini. Joko Widodo memutuskan untuk melakukan ibadah salat Id dan merayakan Idul Fitri di Aceh.

Beberapa warga menanggapi beragam atas keputusan Jokowi merayakan Lebaran di Kota Serambi Mekkah tersebut.

Seperti antropolog Universitas Malikussaleh Lhokseumawe Teuku Kemal Fasya. Menurut dia, kedatangan Jokowi kali ini memiliki makna simbolis.

“Jokowi sebagai presiden mencoba menjaga kepentingan terutama kepentingan seluruh suku bangsa yang ada di Indonesia  dari Aceh sampai Papua. Di Natal yang lalu, dia misa Natal di Papua dan di Idul Fitri ini dia merayakan hari raya di Banda Aceh,” kata dia kepada bbc.com, Jumat (17/7).

Kunjungan Jokowi ke Aceh, lanjut dia, dilakukan di tengah masih adanya perbedaan pandangan antara Jakarta dan para pejabat di Aceh mengenai bendera provinsi tersebut.

Pemerintah di Jakarta menganggap bendera tersebut mirip bendera Gerakan Aceh Merdeka dan meminta desain bendera ini diubah.

Hingga kini, permintaan tersebut belum dipenuhi. Kunjungan Jokowi ke Aceh bagi Teuku Kemal Fasya adalah salah satu usaha meredam polemik tersebut.

Selain Teuku, beberapa warga ada yang senang dengan kehadiran Jokowi di Aceh.

"Kalau perasaannya sih, alhamdulillah senang. Karena beliau mau berlebaran di Aceh," kata Popon, seorang pegawai bank.

Demikian pula bagi Eli, seorang ibu rumah tangga, kunjungan Jokowi ke Aceh memberi harapan besar.

"Saya harap beliau akan memperhatikan warga Aceh. Misalnya ada bangunan atau jalan yang tidak kelar, dikasih kelar," kata Eli.

Lain halnya dengan Rusli, seorang Pegawai Negeri Sipil, "Saya sih biasa aja. Gak ada yang istimewa gitu."

Setelah mengunjungi Aceh, Presiden Joko Widodo rencananya akan bertolak ke Solo guna menghabiskan lebaran di kota kelahirannya.

Editor : Eben E. Siadari