Loading...
EKONOMI
Penulis: Prasasta Widiadi 21:05 WIB | Rabu, 26 November 2014

Lewat Medsos, Indonesia Harus Jadi Pemimpin Ekonomi Dunia

Lewat Medsos, Indonesia Harus Jadi Pemimpin Ekonomi Dunia
Shinta Witoyo Dhanuwardoyo, Chief Executive Officer (CEO) sebuah situs periklanan bubu.com saat memberi materi pada Indonesian Young Entrepreneur (IYE), Rabu (26/11) di Universitas Atma Jaya, Jakarta. (Foto: Prasasta Widiadi).
Lewat Medsos, Indonesia Harus Jadi Pemimpin Ekonomi Dunia
Mariko Asmara Yoshihara, CEO PT. JAC Indonesia. (Foto: Elvis Sendouw).

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Indonesia dapat menjadi pemimpin perekonomian dunia oleh karena itu para wirausahawan muda harus berani menjadi pemain utama perekonomian dunia dengan menggunakan teknologi media sosial (medsos).

“Saya ingin Indonesia menjadi pelaku utama pasar ekonomi dunia dan setidaknya ada generasi muda yang berambisi gila menciptakan perusahaan yang setara dengan Facebook, Google, Twitter, Amazon dan masih banyak lagi,” kata Shinta Witoyo Dhanuwardoyo, Chief Executive Officer (CEO) sebuah situs periklanan bubu.com saat memberi materi pada Indonesian Young Entrepreneur (IYE), Rabu (26/11) di Universitas Atma Jaya, Jakarta.    

Shinta mengemukakan bahwa Indonesia berpotensi untuk hal itu karena lebih dari 200 juta penduduk Indonesia dan sebagian besar yang berada dalam usia muda di bawah 25 tahun. “Generasi muda ini aktif di sosial media,” Shinta menambahkan.

Shinta mengemukakan ada potensi besar dari penggunaan sosial media untuk kepentingan pemasaran sebuah produk, dan tidak hanya itu dari sisi penguasaan teknologi juga harus dimanfaatkan seoptimal mungkin.

“Saya cerita sedikit bahwa menurut statistik Google kita menjadi pengguna facebook terbesar ke dua di dunia mengalahkan Inggris dan Prancis, dan pengguna facebook terbesar ada di Jakarta dari pada semua kota di Indonesia. Untuk twitter, kita patut bangga bahwa Bahasa Indonesia adalah bahasa terbesar keempat yang digunakan di twitter, dan berulang kali peristiwa penting di Indonesia menjadi trending topic dunia,” Shinta menambahkan.

Dengan catatan tersebut, potensi untuk bisnis dengan teknologi media sosial amat besar di Indonesia, dan harus disadari segera oleh generasi muda.

Shinta hadir di Universitas Atma Jaya sebagai salah satu dari 17 pemateri pada IYE Talks, yakni suatu rangkaian pertemuan para pebisnis atau wirausaha muda  dalam sebuah seminar yang menyajikan tema berbeda, dan akan berlangsung setiap bulan selama satu tahun.

IYE memiliki anggota lebih dari 20.000 peserta dan berencana menggelar berbagai seminar dalam berbagai topik yang berbeda-beda yang digelar mulai November 2014 hingga Desember 2015 mendatang. Dalam seminar tentang kewirausahaan muda berjudul IYE ! Talks ini tema pertama yang dibahas bertajuk Membangkitkan Raksasa Ekonomi Dunia Bernama Indonesia.

Shinta tidak terlalu bangga dengan catatan statistik keunggulan Indonesia di facebook dan twitter.

“Kita hanya menjadi user (pengguna) dari sosial media tersebut, dan bahkan kita menjadi pasar, kita bukan player (pelaku utama),” kata Shinta.

Shinta mengharapkan para techpreneur (pelaku wiraswasta di bidang teknologi) perlu memikirkan bahwa perhatian para konsumen dunia harus beralih ke Indonesia bukan negara asing lainnya, apalagi negara tetangga di Asia Tenggara.

Dalam kesempatan yang sama, Mariko Asmara Yoshihara, CEO PT. JAC Indonesia menegaskan bahwa Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia yang berkualitas dan berkompeten sangat dibutuhkan.

“Saya pernah tanya kepada rekan-rekan saya orang Jepang, seperti apa rahasia brand terkenal Jepang bisa bertahan ratusan tahun, dan tidak mengalami kebangkrutan? Mereka menjawab bahwa ada kualitas SDM yang baik dari pekerja kami di Jepang, dan kini kami ingin menjelajahi kemungkinan mendapat SDM yang berkualitas di Indonesia,” kata Mariko.

Editor : Eben Ezer Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home