Loading...
INSPIRASI
Penulis: Yoel M Indrasmoro 05:35 WIB | Sabtu, 10 Juni 2017

Memberikan Damai Sejahtera Allah

Memberikan salam semestinya bukan basa-basi.
Yesus mengajar orang banyak (foto: istimewa)

SATUHARAPAN.COM – Manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah. Itu berarti dalam diri manusia sendiri terdapat potensi untuk mencipta. Mencipta apa? Tentunya bukan langit dan bumi, tetapi menjadikan dunia ini layak ditempati. Pada kenyataannya, ciptaan yang sungguh amat baik—dalam pandangan Allah—memang telah menjadi semakin buruk.

Manusia dipanggil Allah untuk memelihara ciptaan yang sungguh amat baik itu. Manusia tak boleh menjadi serigala terhadap sesamanya atau ciptaan Allah lainnya. Orang Jawa mempunyai istilah menghiasi dunia: memayu ayuning buwana.

Karena itulah, setelah perintah baptisan ada perintah lain, yaitu ”Ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu” (Mat. 28:20). Inilah yang tidak boleh dilupakan gereja. Ini persoalan klasik gereja, tak sedikit umat yang merasa sudah cukup dengan sidi atau baptis dewasa. Mereka tidak merasa perlu belajar lagi.

Pengajaran menjadi penting karena tidak ada orang yang terlalu tua untuk belajar. Kata kunci kekristenan ialah pertumbuhan. Kita mengenal istilah ”anak-anak Allah”. Dari bayi hingga adiyuswa, dipanggil dengan istilah sama ”anak-anak Allah”. Tidak ada seorang pun, meski cukup lama dan berpengalaman sebagai Kristen, akan mendapat sebutan ”bapak atau ibu Allah”. Tidak, semua orang percaya dipanggil dengan istilah yang sama: ”anak-anak Allah”. Artinya, semua orang masih perlu bertumbuh. Perlu belajar. Belajar tidak mengenal kata berakhir. Gereja semestinya menjadi gereja yang belajar.

Apa yang diajarkan? Melakukan segala yang Yesus perintahkan. Gereja tidak diminta untuk mengajarkan teori, tetapi gereja diminta untuk mengajarkan praktik. Out put-nya ialah warga jemaat yang lebih suka bertindak ketimbang berteori.

Berkait dengan pembelajaran, Paulus menegaskan: ”usahakanlah dirimu supaya sempurna.”(2Kor. 13:11). Bagaimana caranya? Ya belajar! Belajar menjadi sempurna seperti Kristus. Dan salah satu praktik untuk menjadi sempurna adalah memberikan salam seorang kepada yang lain.

Memberikan salam di sini bukanlah sekadar berkata, ”Syalom!” Bukan. Bukan itu. Memberikan salam berarti memberikan damai sejahtera. Pertanyaannya adalah apakah ketika memberikan salam, kita sungguh-sungguh ingin orang tersebut memang merasakan damai sejahtera yang dari Allah. Jika belum, maukah kita memberikan damai sejahtera Allah itu? Dengan pemahaman kayak begini, maka salam kita seharusnya memang bukan basa-basi. Sehingga jika kita tidak ingin orang lain menerima damai sejahtera Allah, ya jangan memberikan salam.

Sejatinya itulah panggilan kita, memberikan damai sejahtera Allah kepada sesama kita. Mengapa? Karena kita telah memilikinya. Perhatikan kalimat terakhir Paulus kepada jemaat di Korintus: ”Anugerah Tuhan Yesus Kristus, dan kasih Allah, dan persekutuan Roh Kudus menyertai kamu sekalian” (2Kor. 13:13).

Allah Tritunggal menyertai kita! Lalu apa yang harus kita lakukan! Marilah kita menolong orang lain juga untuk merasakan penyertaan Allah ini.

 

 

Email: inspirasi@satuharapan.com

Editor : Yoel M Indrasmoro


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home