Loading...
INSPIRASI
Penulis: Nugroho Edy Prasetyo 01:00 WIB | Jumat, 28 November 2014

Nyaman dalam Penderitaan?

Manusia memang makhluk pembelajar, tetapi sayangnya tidak semua. Seandainya mau belajar pun belum tentu mau mengerahkan potensinya untuk mencapai sesuatu.
Pemukiman di Bantaran Ciliwung (foto: istimewa)

SATUHARAPAN.COM – Gubernur DKI Jakarta Ahok di sebuah media televisi pernah menyatakan kekesalannya. Pasalnya ketika memindahkan penghuni bantaran kali Manggarai yang sering kebanjiran, untuk dipindahkan ke rumah susun, ternyata mereka malah balik lagi tinggal di pinggir kali yang kotor dan kumuh. Lebih menjengkelkan lagi disinyalir rumah susun yang dikasih cuma-cuma lengkap dengan perabot dan peralatan rumah tangga termasuk tv dan kulkas, eh malah dijual orang lain dan uangnya mereka kantongi lalu balik lagi ke tempat semula.

Kenapa mereka lakukan itu, bukankah niat Pemerintah itu baik? Bukankah upaya itu untuk meningkatkan harkat dan martabat, juga meningkatkan derajat kesehatan dan penghasilan? Tampaknya niat baik saja tidak cukup ampuh, selama belum diiringi mental masyarakat yang diberikan niat baik tadi.

Rupanya terlalu lama dalam penderitaan membuat seseorang atau sekelompok masyarakat menjadi kebal dengan lingkungannya. Dia sudah merasa nyaman dengan alam sekitar yang ada, dan mereka pikir hanya itulah yang bisa mereka rasakan sepanjang hidupnya. Jadi, ketika dipindahkan, notabene harus memulai lembaran hidup baru yang seharusnya disyukurinya, malah membuat mereka tidak nyaman. Sebab harus menyesuaikan diri yang ternyata tidak mudah—mengubah gaya hidup dan menyesuaikan dengan lingkungan orang-orang yang baru dikenalnya. Atau, bahkan sengaja supaya kalau terkena musibah lagi masih dapat bantuan seperti yang sudah-sudah?

Kelihatannya, sebuah pola pikir tidak serta-merta mudah diubah seperti membalik telapak tangan. Cara pandang itulah yang kadang membuat seseorang lama untuk bersosialisasi dan menyesuaikan diri, termasuk ketika harus mempelajari hal-hal baru yang belum pernah dikenalnya.

Manusia memang makhluk pembelajar, tetapi sayangnya tidak semua. Seandainya mau belajar pun belum tentu mau mengerahkan potensinya untuk mencapai sesuatu. Sangat tergantung manusianya. Atau, bisa jadi nyaman dalam penderitaan adalah sebuah pilihan?

 

Editor: ymindrasmoro

Email: inspirasi@satuharapan.com


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home