Loading...
BUDAYA
Penulis: Francisca Christy Rosana 19:37 WIB | Kamis, 22 Januari 2015

Perupa FX Harsono Menangi Penghargaan Tingkat Asean

FX Harsono, perupa sekaligus pendiri dan ketua pengawas Koalisi Seni Indonesia menjadi pemenang dalam penghargaan ‘Joseph Balestier Award for the Freedom of Art’ se-Asean. (Foto: Francisca Christy Rosana)

SINGAPURA, SATUHARAPAN.COM – FX Harsono, perupa kontemporer yang karyanya cukup dikenal masyarakat internasional dinobatkan sebagai pemenang dalam penyelenggaraan perdana ‘Joseph Balestier Award for the Freedom of Art’.

Bertempat di Gedung Kedutaan Amerika Serikat, Singapura, FX Harsono menerima hadiah sebesar US$ 5,000 (Rp 62,4 juta), trofi, dan sertifikat. Penghargaan ini diserahkan oleh Kirk Wagar (Duta Amerika Serikat di Singapura) dan Lorenzo Rudolf (Pendiri dan Direktur Pameran Art Stage Singapore).

Selama perjalanan kariernya, FX Harsono telah menjadi seorang pemimpin dan pionir dalam berkesenian yang mendorong kebebasan berbicara dan demokrasi, sebuah nilai universal yang dihargai oleh semua orang.

Penobatan Harsono sebagai pemenang mengalahkan tujuh nominator di penghargaan ini didasarkan pada ketulusan penciptaan rasa seni kontemporer. Harsono membubuhkan realitas sosial yang terjadi di Indonesia dalam setiap karyanya.

Selain FX Harsono, seniman yang dinominasikan adalah: Aye Ko (Myanmar), Lee Wen (Singapura), Manit Sriwanichpoom (Thailand), Nadiah Bamadhaj (Malaysia), Pablo Baen Santos (Filipina), dan Svay Sareth (Kamboja).

Joseph Balestier Award for the Freedom of Art mengapresiasi seniman atau kurator di Kawasan Asia Tenggara yang produktif melalui karyanya berkomitmen pada kebebasan seni, ekspresi, serta kebebasan itu sendiri.

Seni Rupa Tak Lagi Sunyi

FX Harsono kepada satuharapan.com Oktober 2014 lalu mengatakan seni rupa tak lagi sunyi di studio karena sifat penciptaannya tidak lagi individual, seniman mulai berkolaborasi melakukan riset sebagai proses kreatif untuk menciptakan karya-karya yang kontemporer. 

Perupa sekaligus pendiri dan ketua pengawas Koalisi Seni Indonesia ini menggambarkan hal tersebut sebagai wujud perkembangan kebudayaan yang semakin dinamis, cepat, dan kompleks. Kedinamisan dalam dunia seni ini dipicu oleh pemikiran filsafat yang tidak lagi mengacu pada kekuatan dan dominasi teori-teori besar dan kebenaran tunggal.

“Dalam penciptaan seni rupa sudah terjadi perubahan yang luar biasa. Seniman dalam mencipta tidak sekadar berada di studio. Saat ini seniman mulai kolaborasi dengan seniman yang lain dan masyarakat untuk melakukan riset dan menciptakan karya,” Harsono menjelaskan.

Ia juga mengatakan bahwa dulu seniman hanya mengandalkan keahlian tangan sebagai jarum seismograf dari rasa. Namun sekarang, dibutuhkan pengetahuan agar seorang seniman mengetahui perkembangan yang terjadi di luar.

Dalam penciptaan seni, memang terjadi pergeseran-pergeseran yang perlu dilihat sebagai suatu perubahan. Pemikiran inilah yang mendorong terjadinya keragaman tema, bentuk, proses penciptaan, dan sebagainya dalam praktik seni rupa.

“Agar khalayak bisa memahami nilai yang terkandung dalam karya seni tersebut diperlukan konsep penciptaan yang jelas,” katanya.

Seni rupa memberi kontribusi kepada  seniman-seniman untuk masuk ke ranah internasional. Menciptakan karya seni rupa merupakan aktivitas kesenian yang kini tak lagi hanya berbentuk sebuah pameran, tetapi juga sebuah workshop, project on research, dan media diskusi. Untuk itu, Harsono mengatakan bahwa ini perlu menjadi perhatian banyak pihak agar ke depannya kebudayaan tidak lagi dijadikan nomor prioritas paling akhir dibandingkan dengan kepentingan bisnis dan keuntungan pribadi.

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home