Loading...
DUNIA
Penulis: Eben Ezer Siadari 15:51 WIB | Rabu, 22 April 2015

Presiden Iran:Tidak Ada Perbedaan Islam, Kristen, dan Yahudi

Presiden Iran Hassan Rouhani di antara para pemimpin negara-negara Asia dan Afrika pada KTT Peringatan 60 Tahun Konferensi Asia Afrika di Jakarta, 22/4 (Foto:Antara)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Presiden Republik Islam Iran Hassan Rouhani mengatakan penghormatan terhadap agama, etnik, dan ras menjadi dasar untuk mengatasi terorisme. Aksi nyata untuk mencegah terorisme harus dilakukan oleh para pemimpin agama.

“Dalam pencegahan terhadap terorisme, tidak ada perbedaan antara Muslim, Kristen, Yahudi, Buddha, atau Afrika, Asia dan Eropa. Agama tidak boleh dijadikan alat politik, apalagi Islam yang memiliki pesan perdamaian kepada dunia,” tegas Hassan dalam pidato Sidang Pleno I Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Peringatan 60 Tahun Konferensi Asia Afrika (KAA) di  Jakarta Convention Centre (JCC), Rabu (22/4).

Dia menyebutkan, sebagaimana dilansir oleh laman resmi KTT iteu, aacc2015.id,  penyebab bergabungnya banyak pemuda dengan kelompok teroris harus cepat diketahui. “Persoalan budaya dan dan ekonomi yang menyebabkan paham radikal harus mampu diidentifikasi,” tegasnya.

Dia menambahkan persoalan keadilan sosial harus menjadi perhatian utama agar kelompok teroris tidak bisa mengembangkan pengaruhnya. “Dukungan keuangan, politik, dan intelejen kepada kelompok teroris wajib dihentikan,” tegasnya.

Hassan menyebut konflik bersenjata yang tengah berlangsung di Syria dan Yaman harus menjadi perhatian bersama.  Sejarah telah menunjukkan intervensi militer bukan solusi terhadap krisis di negara tersebut. Penyelesaian konflik harusnya dilakukan dengan mengutamakan dialog.

Di sisi lain, Hassan menegaskan Dasasila Bandung yang telah dideklarasikan 60 tahun lalu, menjadi inspirasi Iran dalam melawan arogansi. ”Sanksi ekonomi terhadap Iran karena program nuklir menunjukkan sikap tidak bersahabat dan contoh dari langkah yang berbahaya,” ungkapnya.

Bangsa Iran terinspirasi dari Konferensi Asia Afrika di Bandung tahun 1955, dan nilai-nilai Islam, untuk terus mempromosikan kerja sama agar tercapai perdamaian. Prinsip Dasasila Bandung, kata Hassan, harus diwujudkan dalam langkah nyata agar strategi kemitraan yang baru Asia dan Afrika bisa berhasil. “Seluruh bangsa Asia dan Afrika perlu memperkuat semangat persatuan dalam menghadapi perubahan dunia yang sangat cepat,” pungkasnya.

Editor : Eben Ezer Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home