Loading...
EKONOMI
Penulis: Melki Pangaribuan 20:51 WIB | Kamis, 26 Mei 2016

Sudirman Nilai Jokowi Berhasil Kalahkan Genderuwo Petral

Sudirman Nilai Jokowi Berhasil Kalahkan Genderuwo Petral
Ilustrasi: Salah satu kantor Petral sebelum dibubarkan. (Foto: sigupai.com)
Sudirman Nilai Jokowi Berhasil Kalahkan Genderuwo Petral
Sudirman Said. (Foto: Dedy Istanto)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM -  Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said menganalogikan pembubaran anak perusahaan PT Pertamina (Persero), Pertamina Energy Trading Limited (Petral) dengan penaklukan Genderuwo dalam mitos Jawa.

Analogi itu disampaikan Sudirman Said dalam sambutannya pada acara pelantikan pengurus DPP AKLI (Asosiasi Kontraktor Listrik dan Mekanikal Indonesia) periode 2016-2020, di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, hari Kamis (26/5).

Genderuwo adalah mitos Jawa tentang sejenis bangsa jin atau makhluk halus yang berwujud manusia mirip kera yang bertubuh besar dan kekar dengan warna kulit hitam kemerahan, tubuhnya ditutupi rambut lebat yang tumbuh di sekujur tubuh.

Menurut Sudirman, Petral akhirnya berhasil dibubarkan karena ketegasan dari Presiden Joko Widodo (Jokowi)  pada tahun 2015. Dampaknya, kata Sudirman, Pertamina dapat menghemat hingga belasan triliunan rupiah.

“Bagaimana cerita mitos Petral itu bertahun-tahun lamanya seperti Genderuwo, seperti raksasa yang tidak tampak tapi begitu mau menyentuh – yang menyentuh mati duluan. Dan oleh presiden kita (Jokowi) diselesaikan dalam waktu singkat, tegas, jelas, selesaikan, dibubarkan (Petral),” katanya.

“Akibatnya sekarang dampaknya Pertamina memperoleh penghematan besar-besaran. Jumlahnya enggak hanya miliar bahkan belasan triliun,”  dia menambahkan.

Di hadapan kontraktor listrik, Sudirman juga mengatakan bahwa Indonesia dapat saja membangun menara kembar seperti menara kembar Petronas di Kuala Lumpur Malaysia seandainya tidak ada mafia yang bermain dalam rantai suplai Petral.

“Kalau saja tidak ada percaloan yang jahat selama ini, Pertamina sudah bisa bangun dua menara kembar seperti yang dimiliki oleh Petronas (Malaysia). Karena belasan triliun menguap selama ini,” kata dia.

Sekilas Pembubaran Petral

Seperti diberitakan sebelumnya, Pertamina secara resmi pada Mei tahun 2015 mengumumkan pembubaran anak perusahaannya yang kontroversial Petral. Pengumuman itu disampaikan Direktur Utama Pertamina, Dwi Soetjipto di kantor Kementerian BUMN, Jakarta.

Dengan penutupan tersebut, maka Pertamina tidak lagi menggunakan perusahaan perantara dengan mitranya dalam pengadaan impor minyak. Setelah pemerintah mengumumkan pembubaran Pertral, Pertamina berhasil menghemat Rp 250 miliar per hari pada tahun 2015.

Sempat terungkap ada pihak ketiga yang bukan pemerintah, bukan manajemen Pertamina dan juga bukan manajemen Petral yang mengendalikan kegiatan bisnis perusahaan Petral. Diduga ada sosok yang mengendalikan‎ kegiatan bisnis perusahaan Petral, ini membuktikan adanya mafia di bisnis pengadaan minyak dan gas bumi (migas) nasional.

Direktur Utama Pertamina, Dwi Soetjipto, pada hari Senin (16/11/2015) mengatakan audit forensik terhadap Petral yang sudah dilakukan sejak 1 Juli hingga 30 Oktober 2015 meliputi keuangan periode 2012-2015.

Proses itu dilakukan oleh auditor independen, KordaMentha yang berada di bawah supervisi Satuan Pengawas Internal Pertamina dan auditor Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

Kedua auditor tersebut menemukan ketidakefisienan rantai suplai berupa mahalnya harga minyak mentah dan produk yang dipengaruhi kebijakan Petral dalam proses pengadaan.

Selain itu, ada juga pengaturan tender Mogas (motor gasoline), kelemahan pengendalian HPS (Harga Perkiraan Sendiri), kebocoran informasi tender, dan pengaruh pihak eksternal.

Dari kasus ini Pertamina‎ telah menonaktifkan empat pegawai setingkat manajer di Petral terkait skandal tender pengadaan minyak dan bahan bakar minyak (BBM).

Menurut Dwi Soetjipto, keempat orang ini bekerja sama dengan pihak luar dan membuat harga minyak dan BBM yang dibeli menjadi lebih mahal.

"Yang empat orang itu kan sudah kita nonaktifkan sambil kita laksanakan investigasi lebih lanjut. Sekarang (mereka) sudah ditarik ke Pertamina,” kata Dwi Soetjipto usai RDP dengan Komisi VII di Kompleks Parlemen, Jakarta, hari Senin (23/11/2015).

“Diindentifikasi dia (keempatnya) kerja sama dengan pihak luar yang membuat kita harus membeli lebih mahal,” kata dia menegaskan.

Editor : Eben E. Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home