Loading...
INSPIRASI
Penulis: Made Teddy Artiana 01:00 WIB | Kamis, 09 Oktober 2014

”Aaauuuwwww...!”

Sampah yang tertelan, lalu tersimpan rapi di bawah sadar, membebani kehidupan kita selanjutnya.
Serigala yang melolong (foto: istimewa)

SATUHARAPAN.COM – Tak ada alunan musik. Cahaya ruangan terasa temaram, lantaran lampu sudah ada yang dipadamkan. Bangku resto sudah terlihat banyak yang kosong. Di beberapa sudut malah kursi sudah naik dan tersusun rapi di atas meja. Makan malam kami kali ini memang terbilang agak terlambat. Untunglah beberapa orang masih terlihat menunggu pesanan. Tiba-tiba...

”Aaaauuuuuuuuuuuuuuwwwwww...!”

”Aaaauuuuuuuuuuuuuuwwwwww...!”

”Aaauuuuuuuuuuuuuuwwwwww...!”

Lolongan serigala terdengar bergema. Karyawan dan pengunjung resto terperanjat. Reaksi mereka beragam. Ada yang mengelus dada mengisyaratkan kekagetan. Ada pula yang menutup telinga dengan kedua tangan, sambil ngedumel kesal. Sebagian mereka mengernyitkan dahi. Mereka semua celingukan mencari sumber suara yang merusak suasana resto.

Di salah satu sudut ruangan, terhalang tiang, tampak seorang anak kecil berwajah jenaka. Di tangan mungilnya tampak gadget. Mata terpejam, mulut dimonyong-monyongkan dan gerakan leher naik turun, meniru ”bahasa tubuh” serigala yang melolong, diselilingi tawa cekikikan bocah yang tak perduli sekitar.

Dua tanggapan berbeda berkenaan dengan situasi dan kondisi yang sama: lolongan serigala. Marilah kita luangkan waktu untuk mengintrospeksi diri! Dari situ mungkin kita akan menemukan betapa kita sering tidak sadar akan ”derajat ketercemaran” diri sendiri. Faktanya, setelah puluhan tahun hidup, kita telah terisi tidak melulu dengan hal-hal baik yang memberdayakan, namun juga hal-hal yang sama sekali tidak memberdayakan yang sering tak teruji kebenarannya. Tidak hanya takhayul namun juga keyakinan-keyakinan yang keliru tentang hidup, identitas diri, sesama, bahkan Pencipta. Sampah yang tertelan, lalu tersimpan rapi di bawah sadar, membebani kehidupan kita selanjutnya.

Tak heran, Raja Daud, penulis kitab Mazmur, memohon kepada Allah: ”Siapakah yang mengetahui kesesatan? Bebaskanlah aku dari yang tidak kusadari.” Hanya Sang Penciptalah yang sanggup membersihkan kita secara tuntas terhadap segala bentuk kecemaran. Sayangnya hanya segelintir orang yang menyadari hal itu.

 

Editor: ymndrasmoro

Email: inspirasi@satuharapan.com


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home