Loading...
INSPIRASI
Penulis: Yoel M Indrasmoro 09:43 WIB | Sabtu, 29 Juli 2017

Belajar dari Salomo

Kedewasaan seseorang terlihat ketika dia mampu mengambil keputusan.
Hikmat Salomo (foto: istimewa)

SATUHARAPAN.COM – Hidup hanyalah serangkaian keputusan yang diambil. Setiap keputusan berisiko. Dan setiap keputusan akan berlanjut dengan keputusan lain akibat dari keputusan pertama tadi.

Kedewasaan seseorang terlihat ketika dia mampu mengambil keputusan. Sejatinya pendidikan merupakan sarana latihan bagi manusia untuk mampu mengambil keputusan.

Persoalannya, banyak orang enggan mengambil keputusan karena takut disalahkan. Tak sedikit orang lebih lebih suka menggantungkan dirinya kepada orang lain.

Memang tak gampang membuat keputusan. Kita membutuhkan hikmat. Bicara soal hikmat, kita dapat belajar dari Salomo.

 

Hati yang Paham Menimbang Perkara

Ketika tersedia kesempatan untuk meminta apa pun dari Allah, Salomo berkata, ”Berikanlah kepada hamba-Mu ini hati yang paham menimbang perkara untuk menghakimi umat-Mu dengan dapat membedakan antara yang baik dan yang jahat…” (1Raj 3:9).

Menarik disimak, Salomo meminta hati yang paham menimbang perkara. Dan Allah menanggapi permohonan itu dengan memberikan hati yang penuh hikmat dan pengertian.  Hati yang mampu menimbang-nimbang perkara—mana yang benar, baik, dan tepat.

Bagaimana Salomo sampai pada keputusan seperti itu? Mengapa dia tidak meminta—sebagaimana dinyatakan Allah sendiri— umur panjang, kekayaan, nyawa musuhmu; tetapi malah meminta pengertian untuk memutuskan hukum?

Tampaknya, Salomo menyadari hakikat diri sebagai raja—pengambil keputusan tertinggi di kerajaan. Sehingga, dia lebih memprioritaskan hikmat dan pengertian ketimbang usia, harta, dan kejayaan di medan laga. Dan permintaan Salomo itu baik di mata Allah.

 

Roh Menolong Kita

Bukan persoalan mudah memang. Itu hanya mungkin terjadi kala kita senantiasa bersekutu dengan Allah. Bersekutu dengan Allah berarti manunggal dengan Allah! Hanya dengan itulah kita sungguh-sungguh dapat mengambil keputusan sesuai kehendak Allah.

Kunci hati yang berhikmat adalah persekutuan dengan Allah sendiri. Persekutuan dengan Allah menjadi kunci karena, sebagaimana kesaksian Paulus, manusia tidak tahu, apa yang baik baginya.

Bukankah itu persoalan terbesar manusia? Manusia sungguh-sungguh ingin berbuat seturut kehendak Allah. Tetapi, ya di situ persoalannya, bagaimanakah memahami kehendak Allah itu? Bahkan, kata Paulus, kadang-kadang kita sendiri bingung mengenai apa yang hendak kita doakan!

Mengapa? Karena kita nggak begitu yakin apakah doa itu seturut kehendak Allah atau tidak? Lalu, buat apa kita berdoa kalau kita sendiri tidak yakin bahwa itu merupakan kehendak Allah?

Namun demikian, Paulus menegaskan: ”Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri menyampaikan permohonan kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan.” (Rm 8:26).

Roh Allah menolong kita untuk mengambil keputusan seturut dengan kehendak-Nya. Kita boleh percaya, tindakan Salomo merupakan karya Roh Allah juga. Pertanyaannya: apakah kita sungguh-sungguh mengharapkan pertolongan-Nya?

 

Email: inspirasi@satuharapan.com

Editor : Yoel M Indrasmoro


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home