Loading...
OLAHRAGA
Penulis: Prasasta Widiadi 09:43 WIB | Minggu, 16 Agustus 2015

Bonus Besar, Jangan Buat Atlet Besar Kepala

Ilustrasi: Pasangan andalan ganda campuran Indonesia, Liliyana Natsir (kedua dari kanan), dan Totowi Ahmad (paling kanan) di podium juara sebuah turnamen. (Foto: badmintonindonesia.org)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Dalam olah raga dikenal istilah jiwa sportivitas, yang artinya seorang atlet harus memacu diri agar dapat berprestasi maksimal dan menghasilkan gelar juara yang memberi kebanggaan bagi negara dan bangsa.

Seiring perjalanan waktu prestasi tidak dapat berdiri sendiri, namun kesejahteraan atlet butuh untuk dipenuhi karena tidak bisa begitu saja mengesampingkan keberadaan seorang atlet. Kesejahteraan atlet saat ini berkaitan dengan materi, sering kali dalam perkembangan dunia olah raga di Indonesia kesejahteraan atlet banyak yang terlupakan. Bukan saja kesejahteraan secara psikologis, namun materi menjadi sebuah hal yang diperlukan seorang atlet setidaknya cabang olah raga tersebut membutuhkan regenerasi.

Saat ini untuk pemenuhan materi biasanya pengurus atau pihak yang berwenang di sebuah cabang olah raga memberi bonus berupa uang dalam jumlah nominal yang cukup besar yang diterima seorang atlet, akan tetapi bonus tersebut hendaknya jangan membuat atlet menjadi pribadi yang besar kepala, karena dikhawatirkan atlet menjadi tidak fokus kepada aktivitas utama di olah raga yang dia tekuni. 

 “Ikut seneng juga kalau melihat anak muda menerima bonus yang miliaran rupiah, itu kalau anak yang masih muda-muda itu nerima duit segitu banyak, kan bisa beli mobil, tetapi ada dampak negatifnya. Dulu kita (atlet jaman dulu) nggak ada duit, terus mobil atau motor nggak punya, jadi lebih fokus,” kata pebulu tangkis senior yang juga salah satu Ketua Harian PB Jaya Raya, Imelda Wiguna kepada satuharapan.com, Kamis (6/8) di Gedung Bulu Tangkis Rudy Hartono, Kompleks Olah Raga Ragunan, Jakarta.

Imelda mengatakan dahulu semasa muda, dia dan teman-teman sesama pebulu tangkis apabila hendak bepergian menggunakan kendaraan umum. Lama-kelamaan dengan kendaraan umum, dia dan rekan-rekannya mengaku tidak terlalu berminat bepergian hanya untuk sekadar ke pusat perbelanjaan atau bertamasya di Jakarta.

Imelda sesungguhnya tidak merasa iri dengan atlet jaman sekarang, namun dia berharap pebulu tangkis dapat mengatur keuangan dengan maksimal apabila mendapat bonus setelah memenangi kejuaraan tertentu.

"Ini sebagai perbandingan aja, aku denger Ratchanok (Ratchanok Intanon, pebulu tangkis putri Thailand)  dia nggak boleh punya mobil oleh klubnya, lho. Semua uang hadiahnya dikelola management, saya pinginnya begitu juga, tetapi uang ditabung," kata Imelda.

Imelda menjelaskan loyalitas dan dedikasi Ratchanok  luar biasa, karena Ratchanok, menurut Imelda,  tahu bagaimana membalas budi kepada klub.

"Sepengetahuan saya,  dia  rela menyisihkan hadiah untuk klub, tetapi dia masih ambil sisanya. Tidak boleh beli kendaraan makanya fokus, kalau bagus kita senang ya. Tetapi hal seperti Itu kan sangat tidak mudah diterapkan di sini (Indonesia)," kata Imelda.

Imelda berharap apabila pebulu tangkis muda terbiasa hidup sederhana dan tidak bergelimang harta maka diharapkan muncul atlet yang lebih pengertian dan memiliki sikap menghormati orang yang dituakan.

“Bisa memiliki sikap menghormati lawan, wasit, jadi bagus dilihatnya. Dan pemain yang lebih senior,” kata Imelda.

Senada dengan Imelda Wiguna, pebulu tangkis senior putri lainnya, Rosiana Tendean mengemukakan bonus harus disyukuri, akan tetapi berbeda antara bonus yang didapat saat dia masih aktif bermain bulu tangkis.

“Kalau dibilang dengan kemajuan jaman sekarang khususnya bulu tangkis ya hampir sama, bedanya sekarang itu mereka (pebulu tangkis) dimanjakan, kalau saya dulu bonusnya televisi 14 inch satu jadi kalau tiga medali emas ya tiga tivi (televisi), kalau sekarang kan duit cash yang nilainya ratusan juta,” kata Rosiana.

“Ya jelas bonus besar itu memotivasi mereka, dan memang sekarang tinggal pintar-pintarnya mereka mengelola duit itu,” kata Rosiana.

Perbedaan Hadiah  dan Bonus Pertandingan

Hadiah dan bonus perlu dibedakan, karena hadiah yang diperuntukkan bagi seorang atlet dengan bonus yang diterima berbeda dalam nominal. Hadiah kepada atlet diberikan oleh penyelenggara kejuaraan tersebut, sedangkan bonus diberikan oleh pengurus cabang olah raga tersebut.

Menurut bwfbadminton.org–situs resmi Federasi Bulu Tangkis Dunia–sebagai contoh kejuaraan bulu tangkis Taiwan Terbuka beberapa waktu lalu berhadiah total 200.000 dolar Amerika Serikat (AS) yang dibagi-bagi lagi kepada  juara ganda putra, putri, campuran, tunggal putra, dan tunggal putri. 

Sementara untuk Malaysia terbuka berhadiah total 500.000 dolar Amerika Serikat (AS) yang dibagi-bagi lagi kepada  juara ganda putra, putri, campuran, tunggal putra, dan tunggal putri.  

Sementara untuk bonus, adalah nominal uang yang dibagikan pengurus cabang olah raga tertentu kepada para atletnya. Sebgai contoh saat Menteri Pemuda dan Olah Raga membagikan bonus dengan nominal yang berbeda kepada atlet Indonesia yang meraih medali di SEA Games 2015 di Singapura beberapa waktu lalu.

Nominal bonus SEA Games 2015 Singapura antara lain berjumlah Rp 31,33 miliar dengan perincian atlet yang meraih emas nomor individu menerima Rp 200 juta, perak Rp 50 juta, serta perunggu Rp 30 juta. Sedangkan peraih emas cabang olah raga beregu mendapat Rp 100 juta, perak mendapat Rp 25 juta, dan perunggu mendapat Rp 15 juta.

Untuk pelatih cabang olah raga peraih emas mendapatkan bonus Rp 60 juta, perak mendapat Rp 40 juta, serta perunggu mendapat Rp 25 juta. Sedangkan asisten pelatih peraih emas menerima Rp 30 juta, perak Rp 20 juta, dan perunggu Rp 12,5 juta.

Ikuti berita kami di Facebook

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home