Loading...
EKONOMI
Penulis: Yan Chrisna Dwi Atmaja 16:57 WIB | Rabu, 13 Agustus 2014

Bunga Murah Penting Awali Pengembangan UMKM

Pekerja menyelesaikan pembuatan tenun sutra ikat menggunakan alat Tradisional di Kampung Panawuan, Kecamatan Tarogong Kidul, Garut, Jumat (8/8). Harga bahan baku benang sutra naik dari Rp. 575.000 per kilogram menjadi Rp. 840.000 per kilogram. Kenaikan tersebut akibat menguatnya nilai tukar dollar AS terhadap rupiah dan naiknya biaya transportasi, saat ini kebutuhan benang sutra masih didatangkan dari Tiongkok. (Foto: Antara)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai penerapan bunga murah merupakan salah satu hal penting dalam mengawali upaya pengembangan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM), di samping pengembangan dari sisi masyarakat dan infrastruktur.

"Upaya peningkatan akses masyarakat ke sektor keuangan akan percuma, kalau bunga untuk micro-finance mahal. Sehingga, bunga murah untuk UMKM menjadi penting untuk diperhatikan," kata Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman D Hadad di sela-sela seminar di Jakarta, Rabu (13/8).

Muliaman memberikan contoh pengembangan keuangan inklusif yang diterapkan Tiongkok dan Vietnam di tengah fokus pada penyediaan kredit untuk UMKM.

"Baik Tiongkok maupun Vietnam itu, tantangannya serupa dengan yang terjadi pada sektor keuangan kita. Tetapi, mereka memiliki tujuan akhir mensejahterakan UMKM," ujar Muliaman.

Ia menuturkan, upaya pengembangan keuangan mikro tidak hanya selalu mengedepankan pengembangan sisi penawaran (supply side), namun juga sisi permintaan atau kemampuan masyarakat (demand side). Menurutnya, tanpa adanya peningkatan demand side, maka sektor keuangan sulit untuk berkembang.

"Satu hal penting lainnya, adalah perlunya memperbaiki infrastruktur keuangan bagi masyarakat, terutama bagi mereka yang berada di pelosok-pelosok," kata Muliaman.

Ke depan, Muliaman berharap bank-bank BUMN dapat terus ikut berpartisipasi aktif dalam pengembangan keuangan mikro. 

Ia menilai, sejauh ini masih ada tiga tantangan utama yang dihadapi bank BUMN untuk meningkatkan perannya di sektor keuangan mikro. Pertama yakni tantangan pada akses pendanaan untuk masyarakat miskin.

"Tantangan selanjutnya, terkait dengan masih rendahnya tingkat kolaborasi bank-bank BUMN dengan pelaku usaha besar untuk menyediakan pendanaan," ujar Muliaman.

Sedangkan tantangan terakhir, yakni terkait dengan inovasi pengembangan teknologi dalam upaya mengurangi biaya yang dikeluarkan masyarakat, seperti penerapan "branchless banking". (Ant)

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home