Loading...
DUNIA
Penulis: Sabar Subekti 10:44 WIB | Minggu, 20 Maret 2022

China Sebut Sanksi Barat terhadap Rusia sebagai Keterlaluan

Wakil Menteri Luar Negeri China, Le Yucheng, berbicara di Forum Xiangshan di Beijing, China pada 22 Oktober 2019. (Foto: dok. Reuters)

BEIJING, SATUHARAPAN.COM-Seorang pejabat senior pemerintah China mengatakan pada hari Sabtu (19/3) bahwa sanksi yang dijatuhkan oleh negara-negara Barat terhadap Rusia atas Ukraina semakin “keterlaluan.”

Wakil Menteri Luar Negeri, Le Yucheng, juga mengakui sudut pandang Moskow tentang NATO, dengan mengatakan aliansi itu seharusnya tidak berkembang lebih jauh ke timur, memaksa kekuatan nuklir seperti Rusia “tersudut.”

China belum mengutuk tindakan Rusia di Ukraina atau menyebutnya sebagai invasi, meskipun telah menyatakan keprihatinan mendalam tentang perang tersebut.

Beijing juga menentang sanksi ekonomi terhadap Rusia atas Ukraina, yang dikatakan sepihak dan tidak disahkan oleh Dewan Keamanan PBB.

“Sanksi terhadap Rusia semakin keterlaluan,” kata Le di forum keamanan di Beijing, menambahkan bahwa warga Rusia dirampas aset luar negerinya “tanpa alasan.”

“Sejarah telah membuktikan berkali-kali bahwa sanksi tidak dapat menyelesaikan masalah. Sanksi hanya akan merugikan rakyat biasa, berdampak pada sistem ekonomi dan keuangan... dan memperburuk ekonomi global.”

Rusia menyebut tindakannya di Ukraina sebagai “operasi khusus” yang dikatakan tidak dirancang untuk menduduki wilayah tetapi untuk menghancurkan kemampuan militer tetangganya dan menangkap apa yang dianggapnya sebagai nasionalis berbahaya.

Dalam percakapan telepon pada hari Jumat (18/3) antara Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, dan Presiden China, Xi Jinping, presiden AS memperingatkan mitranya dari China tentang "konsekuensi" jika Beijing memberikan dukungan material untuk serangan Rusia, kata Gedung Putih.

Moskow telah menuntut jaminan yang mengikat secara hukum dari NATO bahwa mereka akan menghentikan ekspansinya dan kembali ke perbatasannya pada tahun 1997.

“Upaya keamanan absolut ini (oleh NATO) justru mengarah pada non-keamanan absolut,” kata Le. “Konsekuensi memaksa kekuatan besar, terutama tenaga nuklir, ke sudut bahkan lebih tak terbayangkan.”

Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, mengatakan pekan ini bahwa Ukraina dapat menerima jaminan keamanan internasional yang menghentikan tujuan sebelumnya untuk bergabung dengan NATO. (Reuters)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home