Loading...
INSPIRASI
Penulis: Yoel M Indrasmoro 04:02 WIB | Minggu, 01 April 2018

Dan kepada Petrus

Yesus yang bangkit adalah Yesus yang menerima Petrus kembali.
Penyangkalan Petrus (foto: istimewa)

SATUHARAPAN.COM – ”Katakanlah kepada murid-murid-Nya dan kepada Petrus” (Mrk. 16:7). Inilah perintah malaikat Tuhan kepada para perempuan yang datang ke kubur pagi itu. Dan nama Petrus disebutkan secara khusus. Apakah artinya ini?

Kelihatannya, peristiwa penyangkalan Petrus di halaman rumah imam besar telah menjadi buah bibir di kalangan para murid. Pengingkaran bukan persoalan sepele. Bisa jadi, Petrus pun merasa tidak enak tinggal dalam persekutuan itu. Dia telah menjadi bahan gosip di antara mereka.

Yudas Iskariot, pastilah juga menjadi bahan gosip. Tetapi dia telah mati bunuh diri. Dan kematiannya bisa jadi dirasakan para murid sebagai harga yang harus dibayarnya. Mungkin saja, di antara para murid ada yang menganggap tindakan Yudas sebagai penebus salah. Tetapi, bagaimana dengan Petrus?

Tampaknya, hubungan Petrus dengan para murid menjadi kurang harmonis. Bisa jadi, ada di antara para murid yang ingin Petrus keluar dari komunitas itu. Namun, mereka pun tak bisa mengusir Petrus. Sebab, Yesus sendiri pun pernah menyatakan bahwa Petrus akan menyangkalnya. Bahkan Yesus memerintahkan Petrus, jika telah sadar,  agar menguatkan para murid lainnya. Lagi pula, para murid lainnya, kecuali Yohanes dan Petrus, lari saat Yesus ditangkap. Mereka juga tidak lebih baik dari Petrus.

Sehingga, frasa ”Katakanlah kepada murid-murid-Nya dan kepada Petrus” bisa dikatakan semacam penerimaan kembali. Memang Petrus telah menyangkal Yesus. Kita tak perlu mengecilkan arti penyangkalan ini. Bagaimanapun, penyangkalan merupakan kesalahan besar. Tetapi, yang penting untuk ditelaah ialah bahwa Petrus sungguh-sungguh menyesali kejadian itu. Setelah peristiwa penyangkalan itu, ketika Yesus berpaling memandang Petrus, Lukas mencatat: Lalu ia pergi ke luar dan menangis dengan sedihnya (Luk. 22:62).

Petrus pergi ke luar dan menangis dengan sedihnya. Menangis dengan sedihnya bukanlah perkara biasa. Ini bukanlah semacam rasa haru karena menyaksikan kesusahan orang lain. Tetapi, ini merupakan semacam penyesalan diri karena menyadari betapa lemahnya tubuh fana ini.

Frasa ”roh memang penurut, tetapi daging lemah” terlihat jelas dalam peristiwa penyangkalan Petrus. Ini bukanlah air mata biasa. Ini juga bukan rekayasa. Inilah air mata ketulusan. Dan Allah menghargai air mata kayak begini. Bagaimanapun, Allah melihat hati orang.

Paskah adalah kebangkitan Yesus. Dan serentak dengan itu kebangkitan para murid, dalam hal ini Petrus. Yesus yang bangkit adalah Yesus yang menerima Petrus kembali. Dia tidak sekadar bangkit, Dia juga membangkitkan Petrus.

Saat merayakan Paskah, kebangkitan Kristus, mari kita bertanya: "Apakah kita juga telah dibangkitkan Kristus?" Jika belum, mintalah kepada Allah untuk membangkitkan kita dalam kehidupan yang serba tak pasti ini! Mintalah kepekaan hati untuk merasakan kebangkitan Kristus itu dalam diri sendiri.

Jika sudah, mari kita membangkitkan sesama. Sesama di sini bukanlah yang jauh dari kita, bisa jadi yang dekat dengan kita. Katakanlah kepada mereka, ”Tuhan telah bangkit!”

 

Email: inspirasi@satuharapan.com

Editor : Yoel M Indrasmoro


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home