Loading...
EKONOMI
Penulis: Melki Pangaribuan 14:49 WIB | Rabu, 04 November 2015

Darmin Nasution: MEA Lebih Prioritas Dibandingkan TPP

Menko Perekonomian, Darmin Nasution. (Foto: Dok. satuharapan.com)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia, Darmin Nasution, menegaskan Indonesia lebih memprioritaskan  Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) daripada memaksakan ikut dalam pakta perdagangan Trans Pasifik Partnership (TPP).

“Sudah jelas MEA dong. MEA itu dua bulan ini sudah (siap dihadapi),” kata Darmin Nasution kepada satuharapan.com usai membuka acara Sosialisasi Implementasi Masyarakat Ekonomi ASEAN, di Hotel Borobudur, Jakarta, hari Rabu (4/11).

Menurut Darmin, saat ini lebih realistis bagi Indonesia menghadapi MEA daripada TPP karena Indonesia masih menunggu semua dokumen berkaitan TPP dari Amerika Serikat.

“Presiden mengatakan 'Indonesia bermaksud masuk TPP' - belum bergabung kan? - untuk itu Indonesia meminta diberikan semua dokumen mengenai TPP supaya kita bisa pelajari. Kemudian kata Obama itu masih dibahas di Kongres. Ya mari kita tunggu saja,” kata Darmin menambahkan.

MEA adalah suatu kerjasama regional Asia Tenggara di bidang ekonomi yang ditransformasi menjadi kesatuan kekuatan baik sebagai pasar tunggal maupun pusat produksi. Tujuannya adalah menjadikan ASEAN menjadi kawasan dengan ekonomi yang berdaya saing disertai pertumbuhan yang lebih setara di seluruh negara anggotanya dan terintegrasi dengan lebih baik dengan pasar global.

Sebelumnya, Direktur Kerja Sama Ekonomi ASEAN, Ina Hagniningtyas Krisnamurthi, mengatakan MEA bukan mengenai liberalisasi perdagangan, melainkan suatu penguatan daya saing di kawasan ASEAN (Association of Southeast Asian Nations).

“MEA sendiri sebetulnya bukan mengenai liberalisasi perdagangan, tapi lebih pada penguatan daya saing dari setiap negara ASEAN dan juga ASEAN secara keseluruhan,” kata Ina saat konferensi pers di Gedung Pancasila Kementerian Luar Negeri, Jakarta, pada hari Kamis (9/7).

Oleh karena itu, tantangan utama Indonesia terhadap MEA, menurut Ina, adalah mengenai kesadaran pemahaman bahwa MEA bukan liberalisasi perdagangan.

“Tantangan nomor satu, yang utama adalah awareness (kesadaran) pemahaman. Pemahaman bahwa ASEAN Free Trade Area (AFTA) bukan MEA. Free trade agreement (FTA) bukan MEA. Masyarakat Ekonomi ASEAN itu bukan liberalisasi perdagangan. Itu nomor satu yang utama,” katanya.

Selanjutnya Ina menjelaskan, Masyarakat Ekonomi ASEAN itu sendiri terdiri dari empat pilar. “Yang pertama, pasar tunggal atau pasar bebas. Tapi juga di belakang itu ada basis produksi tunggal. Basis produksi tunggal ini hanya bisa terjadi apabila ada keleluasan gerak dari arus barang dan jasa,” kata dia.

Pilar kedua, MEA itu daya saing. “Kata kuncinya dua itu, ‘daya saing’. Kawasan Ekonomi berdaya saing,” kata dia.

Pilar yang ketiga, pembangunan ekonomi yang merata dan berkeadilan. “Ini sebetulnya sudah diterjemahkan untuk pasca 2015, yaitu lebih pada grass roots (akar rumput). Berpusat pada rakyat, berorientasi pada rakyat,” kata dia.

Pilar yang keempat, integrasi pada perekonomian global. “ASEAN apabila dia sudah berdaya saing, maka dia akan bisa berintegrasi dengan ekonomi global,” katanya.

Sementara itu, mengenai diberlakukannya Masyarakat Ekonomi ASEAN pada akhir tahun 2015 atau awal 2016, menurut Ina, ini merupakan suatu proses integrasi kawasan ASEAN bukan sebagai sesuatu yang istimewa untuk dirayakan. 

“Saya selalu katakan bahwa pada 31 Desember 2015 atau jam 00.01 pada 1 Januari 2016, adanya kembang api untuk peringatan tahun baru bukan peringatan MEA. Karena tidak akan ada gerbang besar yang dibuka, karena memang sebetulnya itu adalah bagian dari suatu proses integrasi kawasan,” kata dia.

“Jadi bahwa Masyarakat ASEAN di 2015 itu hanya satu tahapan saja dari suatu proses yang sangat panjang bagi ASEAN sendiri,” kata Sekretaris untuk MEA itu.

Editor : Eben E. Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home