Loading...
INDONESIA
Penulis: Yan Chrisna Dwi Atmaja 11:17 WIB | Minggu, 15 Juni 2014

Debat Capres Sangat Positif

Debat calon presiden-wakil presiden pada Senin (9/6) yang dilaksanakan Komisi Pemilihan Umum menjelang pelaksanaan Pemilihan Presiden 9 Juli 2014. (Foto: Elvis Sendouw)

BANDARLAMPUNG, SATUHARAPAN.COM - Debat calon presiden-wakil presiden yang dilaksanakan Komisi Pemilihan Umum menjelang pelaksanaan Pemilihan Presiden 9 Juli 2014, dinilai pengamat politik FISIP Universitas Lampung, Dr Syarief Makhya MP sangat positif untuk pembelajaran masyarakat.

"Dari sisi peningkatan kualitas membangun demokrasi, debat capres sangat positif untuk pembelajaran pada masyarakat untuk berbeda pilihan dan berbeda berpendapat, terutama untuk pemilih yang belum punya pilihan," ujar Syarief, di Bandarlampung, Minggu (15/6).

Debat itu telah diawali satu kali debat dari rencana lima kali debat. Berbagai tanggapan dan komentar berkaitan pelaksanaan debat tahap awal itu bermunculan dan sempat menjadi "trending topic" di media sosial.

Menurut dosen FISIP Unila itu, dari debat capres, rakyat diajak untuk memahami visi dan misi capres, walaupun masih terkecoh pada aspek penampilan dan gaya berkomunikasi, bukan pada subtansi.

Dia menilai, dalam debat capres pertama yang telah berlangsung pekan lalu, secara subtansi kedua capres terlihat adanya komitmen untuk memperbaiki demokrasi, pemerintahan yang bersih dan membangun penegakan hukum.

Namun menurut dia, komitmen memperbaiki tersebut sifatnya inkremental (tambal sulam) dari kebijakan yang sudah ada, dan tidak sesuai dengan realitas politik atau akan mengalami hambatan struktural. 

"Misalnya, ketika ada pertanyaan bagaimana dampak koalisi partai dalam penyusunan kabinet. Jawaban kedua capres cenderung hanya sebatas wacana yang sulit dan tidak mungkin bisa dilaksanakan, seperti pembentukan zaken kabinet, atau koalisi ikhlas," ujarnya lagi. 

Begitu pula, untuk kasus upaya menyehatkan demokrasi, menurut Syarief, juga tidak ada jawaban yang secara radikal mampu memberikan alternatif yang memungkinkan untuk direalisasikan. 

"Kedua capres terkesan ragu dan ada kehawatiran menjadi bumerang," katanya pula. 

Menurut dia, debat capres itu harus bisa dipertanggungjawabkan, karena menjadi bagian alat kontrol pada saat terpilih jadi presiden. 

"Apa yang disampaikan ke publik bukan alat untuk sekadar mempengaruhi pemilih, tetapi harus menjadi kontrak politik dengan rakyat. Implikasinya, rakyat akan menuntut jika komitmen yang disampaikan ke publik tidak terpenuhi atau tidak terimplementasikan," kata dia lagi. 

Namun dia mengingatkan, debat capres tidak bisa digeneralisasi untuk menyimpulkan pilihan pada capres tertentu, karena alat ukurnya berbeda-beda. 

"Biarlah rakyat menentukan pilihannya seperti yang dilihat, didengar dan diterjemahkannya, sehingga membentuk persepsi politik yang tumbuh dari akal sehat dan nuraninya," ujar dia pula. 

Pada Senin (9/6) lalu, di Balai Sarbini Jakarta, telah berlangsung debat Capres-Cawapres perdana yang bertema "Pembangunan Demokrasi, Pemerintahan yang Bersih dan Kepastian Hukum".

Dua pasangan calon presiden dan wakil presiden hadir dalam debat itu, dengan menggunakan pakaian seragam masing-masing.

Pasangan capres-cawapres nomor urut 1 Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa menggunakan pakaian putih lengan panjang dan celana warna krem dengan songkok warna hitam.

Sedangkan pasangan calon nomor urut 2, Joko Widodo (Jokowi) dan Jusuf Kalla menggunakan jas dengan pakaian warna putih dan dasi warna merah.

Format debat terdiri enam segmen, pertama penyampaian visi dan misi, pendalaman visi misi, pertanyaan soal tema, pertanyaan antarkandidat, tanya jawab penutup, dan terakhir pernyataan penutup masing-masing pasangan.

Debat capres-cawapres berlangsung selama 90 menit dengan dipandu moderator, yaitu Direktur Pusat Kajian Anti-Korupsi (Pukat) Universitas Gajah Mada Yogyakarta Zaenal Arifin Mochtar.

Sebelum debat dimulai, dua kelompok simpatisan pasangan capres-cawapres Pemilu Presiden 2014 ini sempat saling meneriakkan yel-yel menyambut pasangan Prabowo-Hatta dan Jokowi-JK.

Berbeda dengan massa Jokowi-JK, kelompok massa dari kubu Prabowo-Hatta didominasi oleh para pemuda.

Dua kelompok massa tersebut bergerombol di depan dua pintu masuk Balai Sarbini yang disiapkan untuk menyambut dua pasangan peserta itu yang masuk dari pintu yang berlainan.

Pada Minggu malam ini, KPU kembali akan menggelar debat capres yang kedua, dengan tema berbeda. (Ant)


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home