Loading...
INSPIRASI
Penulis: Katherina Tedja 03:45 WIB | Rabu, 24 Juni 2015

Disalah Mengerti

Akankah kita melakukan yang terbaik... ketika maksud kita disalah mengerti?
The Queen's Classroom (foto: istimewa)

SATU HARAPAN.COM – Guru  unik ini mengajar dengan teknik yang tidak biasa.  Dia bersikap keras dan menekan murid-murid di kelasnya. Tidak cukup dengan itu, ia juga mendiskriminasikan murid-muridnya berdasarkan nilai yang dicapai. Menurutnya demikianlah dunia nyata, dan murid-muridnya harus belajar terbiasa dengan diskriminasi.

Kepada seorang siswanya yang diperas dan dirundung oleh anak-anak dari sekolah lain, guru ini menasihati supaya siswa yang dirundung itu melawan dan merisikokan hidupnya. Guru ini juga memeras siswa yang berhasil diketahui kesalahannya, dan memaksanya untuk menjadi pengadu bagi dirinya.Tampaknya, ia dengan sadar sedang menyudutkan mereka sampai ke batas.

Sebagai wali kelas 6 SD dengan anak didik yang masih belia dan baru saja memasuki dunia remaja, bukankan seharusnya dia bersikap memaafkan, penuh pengertian, dan ngemong? Apakah dia guru maniak, seorang nenek sihir yang menyamar dan menanti untuk merebus anak-anak didiknya pada saat yang tepat?

Pertanyaan ini akhirnya terjawab ketika Sang Ibu Guru ambruk. Sejawatnya terpaksa mendatangi rumah guru ini. Ketahuanlah apa yang sebenarnya terjadi. Untuk menerapkan metode tidak lazim itu, Sang Ibu Guru telah menggunakan seluruh waktu istirahatnya dan waktu luangnya untuk senantiasa waspada dan berjaga-jaga. Tidak mengherankan dia selalu berada di TKP (Tempat Kejadian Perkara) ketika situasi genting berlangsung. Ia ketika siswanya dirundung… hadir ketika seorang siswanya ingin bunuh diri dan menyelamatkan mereka tepat waktu… bahkan memiliki file yang lengkap mengenai setiap siswa dan keluarganya!

Tanpa betul-betul mengerti, seorang siswanya telah menduga bahwa Sang Ibu Guru sebenarnya   bersikap keras agar mereka menemukan jawabannya sendiri. Bahwa di balik wajah dingin ”penyihir keji” itu, terdapat hati yang mengasihi. Gadis cilik ini sendiri istimewa. Betapa pun Sang Guru berusaha mengintimidasinya, gadis cilik ini, Ha Na, tetap percaya kepada keyakinannya sendiri. Dan untuk tetap jujur dan menjadi diri sendiri, ia telah dirundung oleh teman-temannya dengan sangat kejam. Tetapi ia tetap memaafkan, tetap setia kawan, tetap mengasihi, tetap peduli.

Mari kita temui Ha Na dan Ibu Guru Ma dalam drama The Queen’s Classroom yang telah mengharu biru dan menginspirasi banyak penontonnya!

Kita bertanya-tanya, apakah di dunia nyata ada orang seperti Ibu Guru Ma, yang mengorbankan reputasi, bahkan seluruh kehidupannya demi kebaikan murid-muridnya. Apakah mungkin ada orang, kanak-kanak atau pun dewasa, yang memaafkan seperti Ha Na.

Jawabannya ada pada relung terdalam hati kita masing-masing… namun sebuah kisah yang telah menggugah dan menginspirasi… bukankah telah pula memberikan kesadaran dan standar… sampai sejauh itulah kita ingin melakukannya….

Pertanyaannya adalah… akankah kita tetap melakukan yang terbaik… ketika maksud baik kita disalah mengerti… bahkan ketika kita difitnah dan dipersalahkan seperti Ibu Guru Ma?

 

Editor: ymindrasmoro

Email: inspirasi@satuharapan.com


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home