Loading...
LAYANAN PUBLIK
Penulis: Kartika Virgianti 21:27 WIB | Kamis, 10 Oktober 2013

Dishub: Tidak Perlu Khawatir Macet, MRT Dikerjakan Malam Hari dan Disiapkan Jalan Alternatif

Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Udar Pristono (Foto: Kartika Virgianti)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Udar Pristono, dalam konferensi pers peresmian dimulainya groundbreaking Proyek MRT (mass rapid transit) Jakarta pertama, yakni di Stasiun Taman Dukuh Atas, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Pusat, Kamis (10/10), menyampaikan tidak perlu khawatir dengan kemacetan, karena sudah dilakukan berbagai simulasi dari penggeseran jalan sampai pengalihan jalan, dan pekerjaan konstruksi sebagian besar dilakukan malam hari.

Pembangunan stasiun MRT yakni, satu depo MRT di Lebak Bulus karena lahan masih tersedia luas dibanding lokasi lain, enam stasiun di sepanjang jalan Fatmawati sampai Sisingamangaraja, dan enam stasiun dari Bunderan Senayan sampai Bunderan HI.

Stasiun-stasiun ini ada yang di atas atau konstruksi layang (elevated) dan ada stasiun yang di bawah (subway). Dari Lebak Bulus sampai Bundaran HI sebanyak 13 stasiun ini, tentunya akan ada beberapa yang didahulukan menurut Udar.

Pertama, Penggeseran Jalan (Shifting)

Hal ini diakui Udar bahwa selama lima tahun pekerjaan proyek MRT, Jakarta akan mengalami kemacetan parah. Oleh karena itu kontraktor dalam melakukan penggeseran jalan (shifting) pada lokasi pembangunan stasiun, tetap mempertahankan lebar jalan dan jumlah lajur, di mana penggeseran tersebut dibelokkan ke sebelah kiri. Contohnya, di jalan MH Thamrin sendiri ada penyempitan jalan, maka akan di-shifting, dengan cara trotoar bergeser, saluran air juga bergeser.

Halte Busway sepanjang jalan Sudirman – MH Thamrin juga akan mengalami penyesuaian, bisa digeser-geser. Meskipun demikian halte Busway tetap berfungsi normal sampai proyek MRT selesai. Ada juga halte Busway yang dipindahkan karena pembangunan jalan, seperti di jalan Tanjung Priok, namun tetap berfungsi normal.

Ada juga yang namanya TMDC (Traffic Management During Construction). Pada daerah kerja (lokasi proyek), dari Lebak Bulus sampai dengan Bundaran HI sepanjang 15,7 km, di mana penyempitan jalan akibat pekerjaan proyek memakan satu lajur di kiri dan satu lajur kanan jalan, maka dilakukan shifting.

Sosialisasi TMDC ini ada dua cara yakni hardware dan software. Hardware dilakukan dengan rambu-rambu lalu lintas dan spanduk, papan pengumuman di mobil-mobil yang sudah disiapkan. Sedangkan software, yaitu melalui media massa, website, dan sebagainya.

Kedua, Pekerjaan pada Malam Hari

Kontraktor melakukan loading (menaruh barang) dan unloading (mengangkat barang) pada malam hari pukul 22.00-05.00 WIB, karena pekerjaan ini akan sangat mengganggu lalu lintas, pada jam tersebut lalu lintas sudah mulai sepi. Jadi pada pagi hari sudah bisa dilewati, namun pekerjaannya tetap dilakukan 24 jam.

Untuk proyek MRT di Dukuh Atas sendiri, karena berada di daerah tertutup (di dalam taman), maka tidak ada penyempitan jalan, yang ada hanya loading dan unloading barang, itupun dilakukan malam hari.

Ketiga, Distribusi Lalu Lintas (Jalan Alternatif)

Sosialisasi TMDC juga meliputi distribusi arus lalu lintas, yaitu jalan alternatif sepanjang jalan Lebak bulus sampai Bunderan HI, di mana proyek MRT dikerjakan. Misalnya jalan Fatmawati meskipun sudah dilebarkan sebagai kompensasi dari penyempitan jalan, namun kemacetan tentunya tidak bisa dihindari.

Maka distribusi lalu lintasnya bisa ke jalan Antasari dan Kemang yang merupakan jalan yang paralel dan sejajar (bisa terhubung dengan lokasi tujuan).

Kemudian bagi masyarakat yang bekerja di sekitar jalan CSW, Sisingamangaraja, sampai Bunderan HI, jalan yang paralel yakni bisa melalui Tendean, Kuningan, Asia Afrika, Gelora Bung Karno, Gerbang Pemuda, itulah jalan-jalan alternatif yang sudah disiapkan.

Udar menghimbau bahwa proyek ini butuh pengertian dari masyarakat juga, karena pembangunan ini bertahap, tidak bisa tuntas sekaligus, maka supaya masyarakat mau berpartisipasi jangan melewati jalan-jalan yang padat tersebut, gunakanlah jalan-jalan alternatif juga.

Semua instansi terkait di sini, baik pemerintah pusat, pemerintah DKI Jakarta, maupun DPRD, sampai kontraktor yang bonafide, Udar optimis proyek ini akan selesai tepat waktu, pada kuartal pertama tahun 2018.

 

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home