Loading...
EKONOMI
Penulis: Melki Pangaribuan 18:09 WIB | Jumat, 11 September 2015

Diundang Jokowi, Dekan FE Untar Usulkan Ekonomi Berbasis Budaya

Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Tarumanegara, Sawidji Widoatmodjo. (Foto: untar.ac.id)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Tarumanegara, Dr. Sawidji Widoatmodjo, SE, MM, MBA, mengusulkan kepada pemerintahan Presiden Joko Widodo supaya menjalankan pembangunan ekonomi berbasis budaya.

Sawidji Widoatmodjo merupakan salah satu ekonom yang diundang oleh Presiden Joko Widodo pada hari Senin (7/9) di Istana Negara. Dalam kesempatan tersebut dia hadir untuk memberikan masukan kepada Presiden Jokowi sebelum mengumumkan diterbitkannya paket kebijakan ekonomi September 1.

“Waktu saya sarankan, kalau ekspor itu tidak mungkin karena mengandalkan bahan baku, satu-satunya jalan ya kurangi impor. Bagaimana caranya? Di situ saya sarankan juga, kita ini menjalankan pembangunan tanpa berbasis budaya,” kata Sawidji Widoatmodjo kepada satuharapan.com, Jakarta, hari Jumat (11/9).

“Akibatnya ya begitu, yang kita produksi bukan apa yang kita bisa, tetapi yang kira-kira bisa begitu misalnya soal elektronik, soal permesinan. Nah kenapa kita tidak kembali ke yang berbasis budaya yang selama ini tidak kita dilakukan,” kata dia mengusulkan.

Misalnya, kata Sawidji, tiba-tiba batik menjadi sesuatu yang luar biasa. Nah sekarang kita semua bangga menggunakan batik, tentunya menyambut baik. “Kenapa ini tidak kita replikasikan ke produk-produk lain? Itu saya sarankan supaya kita membangun berbasis budaya kita,” kata dia.

Menurut Sawidji, kalau kita ingin meningkatkan konsumsi dalam negeri, itu mengonsumsi produk dalam negeri bukan impor. “Jadi satu, deregulasi itu penting, sudah cukup itu yang dilakukan pemerintah. Kalau perlu ditambah lagi mana yang perlu dipangkas,” katanya.

“Yang kedua, menghilangkan praktik-praktik bisnis yang tidak terpuji, kriminal. Yang ketiga, membangun berorientasi pada budaya,” kata Chief Economist ECBIS Rescons (Economic Business Research & Consulting Service) itu.

Sawidji mengatakan, untuk apa kita mengonsumsi produk-produk impor kalau di dalam negeri kita tidak dilakukan. “Yang ketiga ini, yang bisa melakukan ini adalah leader-leader kita yang dapat memberikan contoh. Pak Jokowi sudah bagus memakai produk dalam negeri,” katanya.

“Berbasis budaya dan itu yang bisa menggerakan adalah leader yang jelas dan tegas. Kalau Pak Jokowi bisa konsisten dengan sikapnya itu terus, saya kira bagus,” kata dia menambahkan.

Menurunkan Impor

Kalau pemerintah tidak mungkin meningkatkan ekspor, lanjut Sawidji, ya maka menurunkan impor. “Bagaimana caranya? Ya termasuk apa yang saya katakan tadi. Kita mengonsumsi produk dalam negeri semuanya,” katanya.

“Caranya bagaimana? Ya leader kita harus memberikan contoh. Kita sekarang bangga menggunakan batik. Akhirnya, kita bisa mengonsumsi apel malang, kita bisa mengonsumsi manggis dan segala macam dalam negeri semua, tidak ada dalam bentuk impor. Itu sangat menolong dalam jangka panjang secara fundamental,” kata Ekonom itu.

“Replikasi itu peniruan. Jadi kan kalau kita sekarang pada bangga menggunakan batik. Kenapa kita tidak bangga dengan produk yang lain, jamu, kemudian buah-buah-buahan. Nah itu mesti dilakukan akan menurunkan impor,” kata dia.

Editor : Eben E. Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home