Loading...
INDONESIA
Penulis: Febriana Dyah Hardiyanti 22:39 WIB | Jumat, 10 Februari 2017

Djarot: Warga Tak Tertib Butuh Diberi Shock Therapy

Calon wakil gubernur DKI nomor urut dua, Djarot Saiful Hidayat. (Foto: Dok. Satuharapan.com/Dedy Istanto)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Menanggapi adanya anggapan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) telah melakukan kekerasan verbal terhadap seorang ibu yang ketahuan mengambil dana Kartu Jakarta Pintar (KJP) secara kontan pada saat masih menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta, calon Wakil Gubernur DKI nomor urut dua, Djarot Saiful Hidayat, mengoreksi. Ia menganggap hal itu wajar terjadi apabila terjadi ketidakberesan.

“Ketika ada ketidakjujuran, perlu sekali waktu ada tindakan korektif berupa kata-kata yang tegas (shock therapy) agar selanjutnya bisa memiliki moral yang jujur dan bertanggung jawab,” ujar Djarot, hari Jumat (10/2) malam.

Djarot menyatakan, hal itu dilakukan Ahok karena mereka anti terhadap korupsi dan penyelewengan.

“Dana pendidikan tidak ada yang kontan. Dana pendidikan bukan untuk orang tuanya, tapi untuk anaknya," katanya.

Ahok turut menanggapi. Ia menyayangkan adanya fitnah-fitnah yang menyerang dirinya.

“Paslon lainnya terus menfitnah. Kalau tidak memiliki program, maka caranya harus lebih elegan. Jangan gunakan opini yang jelek, jangan gunakan program yang hanya mengambang dan di awang-awang,” ujarnya menyayangkan.

Djarot dalam kesempatan itu menilai paslon nomor satu yang digawangi oleh Agus dan Sylvi berani menyampaikan program, meskipun dinilai sulit dilakukan. “Yakin banget, tapi kami menunggu-nunggu.”

Sedangkan, untuk paslon nomor tiga, Anies-Sandiaga, Djarot menilai program yang dibuat terlalu di awang-awang. “Kesabaran dan kesantunannya keduanya yang ditularkan pada kami, karena hidup adalah belajar. Saya harap keduanya mendukung pilkada yang sejuk,” ujar dia.

Ahok yang dinilai lugas oleh Agus, dalam closing statement, menginginkan agar anak-anak di Jakarta sehat dan dididik baik dengan budi pekerti.

“Tapi tolong jangan karena mau jadi gubernur lalu merusak aturan dalam mendidik. Kami tidak ingin warga DKI yang sudah dididik dengan baik dirusak dengan nafsu jadi ingin jadi gubernur,” kata dia.

Editor : Diah Anggraeni Retnaningrum


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home