Loading...
MEDIA
Penulis: Eben E. Siadari 13:00 WIB | Rabu, 28 Desember 2016

Editorial WSJ Ingatkan Jokowi akan Bahaya Korbankan Ahok

Gubernur DKI Jakarta nonaktif Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok saat sidang kedua terkait dugaan kasus penistaan agama di Pengadilan Negeri Jakarta Utara, hari Selasa (20/12). (Foto: Antara)

NEW YORK, SATUHARAPAN.COM - Harian bisnis terkemuka The Wall Street Journal (WSJ) dalam editorialnya 27 Desember memberikan peringatan akan bahaya yang sedang mengancam Indonesia apabila Ahok menjadi korban dari tuduhan penistaan agama yang kini sedang dalam proses peradilan.

Harian yang berkantor pusat di New York itu, dalam edisi online-nya mengingatkan apabila Gubernur nonaktif DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama, dinyatakan bersalah dalam kasus penistaan agama, Jakarta bukan hanya kehilangan seorang administrator dan reformator yang dapat diandalkan. Itu juga akan merusak keharmonisan agama dan etnis di Indonesia.  

Editorial berjudul Indonesia's Bad Political Turn itu terbit menyusul keputusan Majelis Hakim yang menerbitkan keputusan sela, menolak nota keberatan Ahok serta memutuskan untuk melanjutkan peradilan terhadap kasus penistaan agama yang didakwakan kepadanya.

Editorial WSJ mencoba menjernihkan masalah yang dihadapi Ahok dengan mengurai kembali kronologi peristiwa itu serta bagaimana kekuatan-kekuatan politik di dalam negeri bereaksi.

Dikatakan, setelah Ahok mengucapkan komentar yang diduga membuat umat Islam tersinggung pada bulan September, kelompok-kelompok Islam secara keliru mengutip pernyataannya. Hal itulah yang kemudian memicu kemarahan terhadap Ahok. Akibatnya, pada 4 November terjadi unjuk rasa dengan peserta 150.000 orang yang berbuntut pembakaran mobil dan penjarahan toko-toko.

"Presiden Joko Widodo, yang adalah sekutu Ahok, tunduk kepada tekanan Islamis dan membuka penyelidikan terhadap penistaan agama. Sampai pada titik itu sepertinya Ahok masih dapat terbebas. Kebanyakan ahli agama yang dimintai nasihat oleh polisi mengatakan bahwa tidak ada kesalahan yang patut ditujukan kepadanya," demikian editorial WSJ, harian bertiras terbesar di Amerika Serikat, dan telah memenangkan 39 penghargaan Pulitzer.

Tapi kemudian, lanjut WSJ,  Front Pembela Islam (FPI) dan kelompok-kelompok ekstrem lainnya menggunakan media tradisional nasional dan media online untuk meyakinkan kalaangan moderat dan kelas menengah Muslim bahwa iman mereka sedang diserang. Lalu sebuah unjuk rasa berbentuk doa bersama pada 2 Desember melawan Ahok digelar dengan peserta 500.000.

"Pergeseran yang tercipta dalam opini publik memicu penataan ulang politik. Presiden Jokowi berdiri di atas panggung dengan pemimpin Front Pembela Islam Rizieq Shihab mengucapkan terima kasih kepada orang banyak atas aksi damai. Sinyal yang jelas: Presiden 'membuang' mantan wakilnya demi menjamin keselamatannya sendiri," demikian WSJ, koran yang sudah berdiri sejak 1889 dan kini tirasnya mencapai 2,4 juta eksemplar.

Menurut WSJ, Jokowi menuduh "aktor politik" mendalangi demonstrasi dan kampanye media, yang di luar kemampuan dari kelompok-kelompok Islam yang relatif kecil. "Sudah jelas yang dia maksud adalah mantan Presiden Susil Bambang Yudhoyono dan Prabowo Subianto. Keduanya pensiunan jenderal. (tetapi) Mereka menyangkal terlibat."

"Tapi kedua pemimpin itu memiliki kepentingan untuk  mengalahkan Ahok, karena pihak mereka memiliki calon yang bertarung dalam pemilihan gubernur, termasuk putra SBY sendiri. Jika salah seorang dari mereka menang, ia akan berada pada posisi yang baik untuk menantang Jokowi dalam pilpres 2019."

Editorial WSJ ditutup dengan kalimat yang bernada seruan tetapi juga peringatan kepada Jokowi akan bahaya yang mengekor di belakang kasus Ahok. Diakui bahwa Jokowi adalah seorang politisi yang trampil dan memiliki dukungan publik yang kuat. Namun, di sisi lain diingatkan bahwa kendati Jokowi dapat memenangi pilpres 2019, tantangan yang dia hadapi tidak ringan.

"kekuatan sektarian yang dilancarkan oleh musuh-musuhnya tetap hidup. Ini memberi ancaman terhadap sistem politik Indonesia yang sekular dan terhadap ekonomi terbuka yang sedang dibangun oleh Presiden."


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home