Loading...
HAM
Penulis: Sabar Subekti 09:57 WIB | Jumat, 04 November 2016

Erdogan Tuduh Jerman Surga bagi Teroris

Protes atas penahanan sejumlah wartawan harian Turki, Cumhurriyet. (Foto: dari Hurriyet)

ANKARA, SATUHARAPAN.COM - Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, menuduh Jerman telah menjadi surga bagi teroris dan akan "dihakimi oleh sejarah." Dia mengatakan itu pada hari Kamis (3/11) seperti dilaporkan media Turki, Hurriyet.

Erdogan menuduh Jerman gagal mengekstradisi pendukung Fethullah Gulen, musuh politiknya, yang dia tuduh sebagai dalang kudeta pada 15 Juli lalu. Gulen adalah seorang ulama Turki yang sekarang tinggal di Amerika Serikat.

Dia mengatakan Jerman telah lama melindungi militan dari Partai Pekerja Kurdistan (PKK), yang telah melakukan pemberontakan selama tiga dekade dan menuntut otonomi Kurdi, serta Partai /Front Pembebesan Rakyat Revolusioner (DHKP-C) yang telah melakukan serangan bersenjata di Turki.

"Kami tidak memiliki harapan pada Jerman, tetapi Anda akan dihakimi oleh sejarah sebagai terlibat terorisme... Jerman telah menjadi surga penting bagi teroris," kata Erdogan pada sebuah acara di istananya di ibu kota Ankara.

"Kami khawatir bahwa Jerman, yang telah melindungi PKK dan DHKP-C selama bertahun-tahun, telah menjadi halaman belakang organisasi teror Gulenist," kata dia.

13 Wartawan Turki Ditahan

Erdogan juga mengecam Kanselir Jerman, Angela Merkel, atas kritiknya terhadap penahanan wartawan harian Cumhuriyet.

"Mereka memberi kami nasihat. Tapi kami yang peduli pada sikap Anda. Anda membantu teror! Teror yang akan memukul Anda seperti bumerang," kata Erdogan.

"Teror seperti kalajengking. Akhirnya akan menggigit orang yang membawanya. Saya tidak melihat masa depan yang cerah untuk Jerman. Hal ini telah menjadi tempat di mana teroris berlindung. Ada serangan rasis terhadap orang Turki di Jerman,’’ kata Erdogan.

"Jika Jerman meragukan apakah FETO (sebutan untuk kelompok Gulenist-Red.) adalah kelompok teroris, saya mengundang mereka untuk datang dan mengunjungi gedung parlemen Turki dan Pasukan Khusus, yang dibom pada 15 Juli," tambahnya, mengacu serangan kudeta militer yang gagal pada 15 Juli.

Merkel pada hari Rabu (2/11) mengatakan, tindakan otoritas Turki  terhadap kebebasan berpendapat dan pers sangat mengkhawatirkan. Dia mengacu pada penahanan staf senior harian Cumhuriyet.

Merkel menambahkan bahwa Jerman akan "memantau" penyelidikan wartawan dan duta besar Jerman untuk Turki mengunjungi kantor harian Cumhuriyet pada hari Selasa (1/1) untuk menegaskan pentingnya kebebasan berpendapat dan kebebasan pers.

"Tentu saja, masalah seperti itu juga memainkan peran sentral mengenai pembicaraan keanggotaan (Turki) di Uni Eropa," katanya.

Pada Oktober 31, setidaknya 13 anggota staf harian Cumhuriyet ditahan, termasuk pemimpin redaksinya, Murat Sabanci, sejumlah kolumnis dan kartunis.

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home