Loading...
SAINS
Penulis: Kartika Virgianti 23:45 WIB | Kamis, 26 September 2013

Fasilitas Kesehatan Mental Bagi Warga Haiti yang Frustrasi

Salah satu warga Haiti menderita skizofrenia berbaring di lantai dalam ruang rumah sakit di Crux-de-Buquet, Port-au-Prince, Haiti, foto diambil pada April 2013. (Foto: lightbox.time.com)

PORT-AU-PRINCE, SATUHARAPAN.COM – Gempa bumi di Haiti yang terjadi pada 12 Januari 2010 dengan kekuatan 7 Skala Richter dengan pusat gempa 16 km dari Port-au-Prince. Setelah lebih dari tiga tahun gempa besar yang menewaskan sekitar 200.000 jiwa dan membuat lebih dari 10% dari populasi (10 juta) menjadi tunawisma, banyak orang Haiti masih berusaha membangun kembali kehidupan mereka.

Sebagian besar bangunan di ibukota Haiti, Port-au-Prince, rusak berat termasuk istana presiden Haiti, gedung parlemen Haiti, Katedral Port-au-Prince, dan rumah sakit. Kantor pusat PBB untuk Haiti juga mengalami kerusakan.

Port-au-Prince menanggung berbagai beban kerusakan dan kemunduran lainnya, termasuk penyakit kolera yang sedang mewabah sampai saat ini. Dampak gempa bagi negara kepulauan Karibia yang sudah miskin ini, mengalami kerusakan bukan hanya fisik.

Para pekerja bantuan di sana mengatakan kebutuhan kesehatan mental melejit pada bulan-bulan setelah gempa, namun pemerintah Haiti tidak mampu untuk memenuhi permintaan tersebut, dengan kurang dari 20 psikiater yang bekerja pada fasilitas yang dikelola negara pada saat itu. Namun, kebutuhan tenaga darurat dan perawatan primer yang tiba-tiba besar akibat gempa, menyedot sumber daya yang ada, bahkan jauh dari perawatan kesehatan mental.

Pada bulan April, fotografer Italia Fabio Bucciarelli menghabiskan 10 hari memotret salah satu pasien rumah sakit jiwa negara yang dikelola dari dua negara, Defile de Beudet di Croix-des-Bouquets, di luar Port-au-Prince. Foto-fotonya menunjukkan kondisi suram beberapa warga yang paling rentan di negara itu yang dihadapi setiap hari.

“Ketika membayangkan rumah sakit, kita mungkin memikirkan dinding putih bersih dengan tempat tidur,” kata Bucciarelli. “Sebaliknya, rumah sakit satu-satunya di Haiti yang didedikasikan untuk membantu pasien sakit kronis mental, terlihat seperti penjara.”

Fasilitas 150 tempat tidur di rumah sakit adalah rumah bagi sekitar 250 pria dan wanita, berdasarkan perkiraan Bucciarelli, banyak dari mereka menderita gangguan kejiwaan yang parah. Pasien tidur di beton dalam sel berjeruji, yang Bucciarelli sebut sebagai kandang.

Selama satu setengah minggu ia menghabiskan waktu di rumah sakit, Bucciarelli melihat hanya satu dokter tetapi tidak pernah menyaksikan dia, atau salah satu dari staf perawat yang berinteraksi dengan pasien. Pada waktu yang sama, Bucciarelli hanya melihat satu pasien yang menerima pengunjung.

Direktur Jenderal Departemen Kesehatan Masyarakat Haiti mengatakan kepeda Time dalam sebuah email bahwa pemerintah bermaksud untuk meningkatkan pembiayaan untuk perawatan kesehatan mental tapi tidak memberikan rincian lebih lanjut.

Lembaga Swadaya Masyarakat dan lembaga bantuan, termasuk Partners in Health, lembaga nirlaba berbasis di Boston, bekerja sama dengan Departemen Kesehatan Masyarakat dan Kependudukan Haiti untuk mengembangkan program layanan kesehatan mental yang lebih komprehensif.

Mereka telah memberikan pengobatan sekitar 25.000 orang Haiti sejak 2010, namun kemajuannya terasa lambat. Sehingga perjuangan Haiti untuk memperbaiki rumah mereka, bisnis dan negara mereka, penduduk Defile de Beudet tidak punya pilihan selain menunggu dibantu. (lightbox.time.com/id.wikipedia.org)

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home