Loading...
DUNIA
Penulis: Bayu Probo 12:45 WIB | Kamis, 10 Juli 2014

Hagel: Jihadis di Irak Timbulkan Ancaman Nyata

Perayaan kemenangan kelompok ISIL. (Foto: AFP)

WASHINGTON DC, SATUHARAPAN.COM – Militan Islam yang telah menyapu seluruh Irak menimbulkan bahaya yang jelas dan “nyata” bagi Timur Tengah, Eropa, dan Amerika Serikat, ungkap Menteri Pertahanan Amerika Serikat Chuck Hagel pada Rabu (9/7).

Kepala Pentagon itu menggambarkan para jihadis sebagai ancaman nyata, hanya beberapa hari setelah menyebutkan bahwa Washington berada di ambang aksi militer apa pun untuk membantu Pemerintah Irak dalam pertempurannya dengan ekstremis.

“Jangan sampai salah - dan negara ini tidak boleh membuat kesalahan apa pun dalam hal ini, maupun orang-orang di Kongres - ini adalah ancaman bagi negara kami,” tutur Hagel tentang militan dalam sebuah kunjungan di pangkalan kapal selam angkatan laut AS di Negara Bagian Georgia.

“Ini adalah kekuatan yang canggih, dinamis, kuat, terorganisir, didanai dengan baik, kompeten,” tutur Hagel kepada pasukan dalam sambutannya yang disiarkan oleh Pentagon.

“Dan ini adalah ancaman bagi semua sekutu kami di Timur Tengah. Ini adalah ancaman bagi Eropa,” katanya di pangkalan di King's Bay.

Kelompok ekstremis itu “mungkin tidak tampak sebagai ancaman nyata bagi AS,” namun “itu adalah ancaman bagi AS,” tutur Hagel.

“Ini ancaman jelas bagi mitra kami di area itu, dan itu nyata,” tuturnya, tanpa memberi penjelasan lebih lanjut.

Setelah meluncurkan serangan bulan lalu, jihadis Islamic State (IS) menguasai beberapa area di lima provinsi di bagian utara dan barat Baghdad, menimbulkan kekhawatiran terjadinya perang sektarian.

Wakil Presiden AS Hubungi Pemimpin Kurdi Irak

Wakil Presiden Amerika Serikat Joe Biden menghubungi pemimpin Kurdi, Massud Barzani, pada Rabu pada hari ketika kawasan otonomi tersebut dituduh menyembunyikan jihadis oleh pemimpin Irak.

Tuduhan Perdana Menteri Irak Nuri al-Maliki mematahkan harapan Amerika yang menginginkan agar faksi agama dan etnik di negara tersebut membentuk sebuah pemerintahan bersatu untuk menghadapi serangan radikal Sunni.

Gedung Putih mengatakan Biden dan Barzani setuju mengenai perlunya “mempercepat proses pembentukan pemerintah sesuai dengan tenggat waktu yang ditetapkan dalam konstitusi Irak.”

Sesi parlemen pekan lalu yang digelar untuk membentuk pemerintahan baru berakhir berantakan dengan para anggota parlemen saling ancam dan meninggalkan pertemuan tersebut.

Para pemimpin biasanya menyepakati beberapa jabatan utama meliputi ketua parlemen yang dipegang oleh seorang Sunni Arab, perdana menteri oleh Syiah Arab, dan presiden oleh Kurdi.

Biden juga mengungkapkan belasungkawa atas hilangnya nyawa warga Irak dalam pertempuran melawan ekstremis Islamic State (IS) yang merebut beberapa wilayah di negara tersebut.

Kantor Biden tidak segera menanggapi ketika ditanya apakah komunikasi yang dilakukan wakil presiden dengan pemimpin Kurdi disebabkan karena komentar berapi-api sebelumnya dari Maliki pada Rabu yang menyerang Kurdi.

Wakil presiden tersebut sudah lama menjabat sebagai utusan utama Presiden Barack Obama untuk menangani soal Irak – sejak ribuan tentara AS dikerahkan di negara itu.

Biden sudah beberapa kali dalam beberapa hari terakhir ini menghubungi para pemimpin politik dari Sunni, Syiah, dan Kurdi di Irak, ketika Amerika Serikat mendesak proses darurat untuk membentuk sebuah pemerintahan yang bersatu. (AFP)


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home