Loading...
INSPIRASI
Penulis: Daniel Herry Iswanto 07:37 WIB | Rabu, 23 September 2015

Hari Perdamaian Internasional

Salah satu kunci perdamaian adalah dimulai dari diri sendiri.
Foto: www.cnnindonesia.com

SATUHARAPAN.COM – 21 September adalah Hari Perdamaian Internasional. Dengan tema ”Kemitraan untuk Perdamaian, Bermartabat untuk Semua”, Hari Perdamaian Internasional 2015 diperingati di berbagai kota dengan meriah.

Di Universitas Islam Negeri Yogyakarta ditandai dengan pelepasan balon beraneka warna. Di Balaikota Jakarta, deklarasi ”Berani Damai” ditandai dengan memukul kentongan, yang dihadiri Sinta Nuriyah Wahid, Yenny Wahid, Agnes Monica, juga dimeriahkan dengan aneka tarian Nusantara. Di rumah dinas walikota Salatiga, ditandai dengan ikrar dan tanda tangan bersama ”NKRI Harga Mati, Perdamaian Harga Mati.”  Komunitas Perdamaian Kaum Muda Lintas Iman (YIPC) merayakannya dengan menyelenggarakan Lomba Design Kaos dan Foto Selfie Perdamaian. Semaraknya acara tersebut memperlihatkan bahwa masyarakat Indonesia sungguh ingin merasa damai.

Seberapa mendesaknya perdamaian? Meskipun, Agustus lalu utusan Vatikan merasa kagum dengan toleransi beragama di Indonesia, Setara Institut  menyampaikan bahwa pelanggaran kebebasan beragama atau berkeyakinan pada 2007–2014  mencapai 1.680 peristiwa, dengan 2.268 tindakan pelanggaran. 

Itu berarti, setiap tahun terjadi 210 peristiwa, dengan 283 tindakan. Hampir dua hari sekali terjadi peristiwa pelanggaran kebebasan beragama dan berkeyakinan. Sebagian besar peristiwa tersebut mengalami impunitas dan tidak diadili secara fairness dan memenuhi rasa keadilan. Dan pelanggaran dilakukan baik oleh nonnegara maupun negara.

Selama delapan tahun, Setara mencatat ada 316 tempat ibadah mengalami gangguan, mulai dari pembakaran, pengrusakan, hingga gagal mendirikan dengan alasan perizinan.  Dari 316 tempat ibadah terdapat 20 tempat ibadah aliran kepercayaan, 163 gedung gereja, 3 klenteng, 110 mesjid aliran keagamaan minoritas, 1 sinagoge, 5 pura, dan 14 vihara.

Pada titik ini, kita perlu menabur nilai-nilai perdamaian di dalam masyarakat, khususnya bagi generasi muda. Nilai perdamaian itu dapat diupayakan melalui pengembangan kerukunan, menghargai orang lain, keyakinan lain, dan milik publik/orang lain sejak usia dini. 

Menarik pula mencermati syair lagu ”Perdamaian”: Perdamaian…  Banyak yang cinta damai, tapi perang semakin ramai. Bingung bingung ku memikirnya… Wahai kau anak manusia, ingin aman dan sentosa… Tapi kau buat senjata biaya berjuta juta… Banyak gedung kau dirikan, kemudian kau hancurkan….

Sejatinya, perdamaian merupakan kebutuhan primer manusia. Hanya saja, kadang kita malah ikut bingung sendiri, bahkan apatis. Padahal salah satu kunci perdamaian adalah dimulai dari diri sendiri.

Nah, selamat mengembangkan hidup yang penuh damai!

 

Editor: ymindrasmoro

Email: inspirasi@satuharapan.com


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home