Loading...
SAINS
Penulis: Kartika Virgianti 17:30 WIB | Selasa, 22 Oktober 2013

Hasil Tes HIV Ahok, Negatif

Hasil Tes HIV Ahok, Negatif
Wakil Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahata Purnama. (Foto: Kartika Virgianti)
Hasil Tes HIV Ahok, Negatif
Dr. Dien Ermawati (tengah), Kepala Dinas kesehatan DKI Jakarta. (Foto: Dedy Istanto)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Wakil Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) ingin mendorong masyarakat agar melakukan tes HIV, terutama bagi orang yang berisiko tinggi, maka ia ingin menjadi contoh bagi masyarakat. “Supaya orang mau dites HIV, makanya saya jadi contoh, saya saja mau dites, masak yang lain tidak mau, saya juga takut sebenarnya, sudah kayak mau ujian. Kalau ditanya takut, memangnya berisiko tinggi kamu takut, susah juga kan,” kata Ahok di Balai Kota, Selasa (22/10).

Dinas kesehatan DKI Jakarta mengadakan pemeriksaan HIV di Balai Kota hari ini, selanjutnya tanggal 30 Oktober mendatang akan diadakan di Kantor Wali Kota Jakarta Pusat. Untuk pemeriksaan gratis semua termasuk obat-obatan juga gratis.

HIV (human imunodeficiency virus) adalah virus yang dapat menyebabkan penyakit AIDS. Virus ini menyerang sistem kekebalan tubuh manusia (sistem imun), sehingga tubuh menjadi lemah (defisiensi/penurunan) dalam melawaan infeksi.  AIDS (acquired immune deficiency syndrome) adalah sekumpulan gejala dan infeksi yang timbul karena rusaknya sistem imun akibat infeksi virus HIV, ataupun infeksi virus-virus lain seperti SIV, FIV, dan lain lain.

“Di Puskesmas semuanya sudah menyediakan tes HIV. Justru yang paling menjadi masalah buat kami adalah orang menengah ke bawah, yang sering menjadi pelanggan dari pekerja seks, mereka tidak mau menggunakan kondom. Kalau yang menengah ke atas malah ngerti, mereka pakai,” kata Ahok ketika ditanyakan mengenai kesulitan dari sosialisasi tes HIV ini.

“Misalnya orang baru tes hari ini hasilnya bersih, habis ini melakukan hubungan (seks) atau pakai jarum suntik, bukan berarti nanti sore tidak terjangkit. Makanya kalau orang berisiko tinggi seperti itu, dianjurkan setiap tiga bulan tes terus.”

“Pendeteksian sudah dilakukan, kita sudah keliling ke berbagai lokasi penyuluhan,” menurut Ahok. “Para relawan dan konselor ini bagus-bagus kerjanya. Tahun ini di Jakarta hanya bertambah 20 orang yang terindikasi, yang meninggal tahun ini juga menurun jumlahnya, karena lebih cepat tahu. Jadi pencegahan kematian lebih dini. Kalau, masih terinfeksi HIV lebih mudah diobati, tetapi kalau sudah mengidap AIDS ini yang bahaya.”

“Kita minta mereka untuk tes, petugas menjelaskan HIV ini seperti diabetes, kalau tahu lebih awal HIV, maka pengobatan lebih baik, bahkan bisa mencegah kematian. Tapi, yang bahaya kalau HIV tidak diobati nanti lama-lama kan jadi AIDS.”

“Ke dokter gigi sebenarnya juga bisa kena (HIV), jadi banyak risiko dari luar, tapi bagaimanapun kalau tidak jajan sembarangan, kan aman.” tandasnya.

“Padahal orang yang berisiko tinggi itu baru terdeteksi tiga bulan kemudian kalau dia terjangkit. Maka, saya terapkan sistem ini, bagi yang berisiko tinggi setiap tiga bulan tes lagi. Jadi, kalau orang yang berisiko tinggi hasilnya negatif jangan senang dulu, tiga bulan kemudia bisa saja dia kena.”

“Kalau sudah kena, yang terjangkit siapa, istrinya dan anak-anaknya yang kena. Waktu diminta konseling setelah terjangkit, si suami tidak mau datang, itulah kesulitan yang ada di lapangan,” Ahok menegaskan.

Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Dr. Dien ermawati juga turut menjelaskan, penderita HIV bisa hamil dengan mengendalikan jumlah virusnya. Lebih cepat diketahui lebih baik sehingga untuk perencanaan kehamilan memungkinkan. Pada saat tertentu, ketika antibodinya tidak terdeteksi virus lagi, itu artinya hasilnya non-reaktif. Pada saat non-reaktif tersebut suami istri bisa melakukan hubungan seks, dan bisa punya anak.

Ada perdebatan asuransi tidak mau mengcover penderita HIV. “Ya sudah, bunuh diri saja sekalian biar di-cover,”  ujar Ahok sambil bercanda. 

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home