Loading...
RELIGI
Penulis: Trisno S Sutanto 15:00 WIB | Rabu, 30 Oktober 2013

Huh Joon-hyuk: Gereja Kurang Memperhatikan Anak Muda

Huh Joon-hyuk. (Foto: Trisno. S. Sutanto)

BUSAN, SATUHARAPAN.COM - Selama ini gereja-gereja di Korea Selatan kurang memperhatikan kaum muda dengan segala persoalan mereka. Tidak heran jika makin banyak kaum muda yang kemudian meninggalkan gereja. Itu krisis utama yang kini harus dihadapi gereja-gereja di Korsel.

Pernyataan tegas itu keluar dari Huh Joon-hyuk, peserta percakapan tentang kaum muda di pra-Sidang Raya ke-10  Dewan Gereja-gereja Dunia (WCC / World Council of Churches) di Busan, Korsel Selatan, ketika ditemui Trisno S Sutanto dari satuharapan.com di tengah-tengah percakapan. "Kami sedang mengalami krisis ditinggalkan kaum muda itu sekarang," ujarnya. "Sementara kaum muda di Korsel juga harus menghadapi krisis yang makin berat."

Joon-hyuk sendiri sedang melanjutkan studinya untuk meraih gelar S-2 di bidang teologi di Seoul dan datang mewakili PROK (Presbyterian Church in the Republic of Korea). "Saya belum ditahbis jadi pendeta, namun bekerja sebagai pendidik dengan anak-anak muda," ujar lelaki yang baru berusia 34 tahun itu. "Mungkin suatu kali saya akan ditahbis dan menjadi pendeta."

Berikut ini petikan wawancara satuharapan.com dengan Joon-hyuk yang berlangsung santai.

satuharapan.com: Anda mendengar suara protes di luar sana? Mengapa sebagian kalangan tidak menerima SIdang Raya ke-X WCC di Busan sini?

Joon-hyuk: Menurut dugaan saya, lebih dari separo orang Kristen Korea tidak tahu tentang Sidang Raya WCC ini. Sebab Sidang Raya ini terfokus hanya pada sebagian gereja saja, sekitar 30 persen gereja-gereja yang ada di sini. Lainnya tidak.

satuharapan.com: Berapa jumlah orang Kristen di Korsel dan berapa jumlah gereja?

Joon-hyuk: Sekitar 18 persen orang Korea Kristen. Tapi tak seorang pun tahu ada berapa denominasi gereja di sini. Mungkin hanya Roh Kudus yang tahu... (tertawa lebar) Kita tahu ada gereja Methodis, Lutheran, Injil Sepenuh, dll. Tetapi masing-masing gereja itu juga punya denominasinya sendiri-sendiri lagi. Misalnya Presbyterian saja ada dua: PROK darimana saya datang, dan PCK (Presbyterian Church of Korea) yang sama sekali berbeda. Begitu juga dalam PCK sendiri ada begitu banyak denominasi.

satuharapan.com: Apa persoalan kaum muda yang paling banyak dibicarakan dalam pra-Sidang maupun di gereja-gereja di sini?

Joon-hyuk: Dalam masyarakat Korea sekarang, kaum muda menderita dengan beban yang diberikan oleh generasi yang lebih tua. Kami sudah lulus dari universitas dengan biaya sangat mahal, tetapi sulit mendapat kerja. Tingkat pengangguran di sini cukup tinggi untuk kaum muda. Secara umum tingkat pengangguran negara kami sekitar 5%, dan separonya adalah kalangan muda. Padahal kami harus membayar biaya kuliah yang mahal. Bahkan ada banyak kaum muda yang bunuh diri karena beban itu. Kalau toh mampu bekerja, upah yang diterima tidak cukup sehingga banyak yang bahkan bekerja saat akhir Minggu.

satuharapan.com: Dan bagaimana gereja melihat soal ini?

Joon-hyuk: Sayang sekali, gereja tidak menaruh perhatian apa-apa mengenai masalah kaum muda ini. Biasanya mereka hanya berkhotbah, "Jika kamu memiliki pikiran Allah, maka kamu akan sukses", dan sejenisnya. Tapi tidak berbuat lebih, sehingga makin banyak anak muda yang meninggalkan gereja dan ingin menemukan bentuk-bentuk spiritualitas alternatif. Karena itu, untuk saya, masalah paling besar yang kini dihadapi gereja-gereja di Korea adalah perginya kaum muda dari kehidupan bergereja!

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home