Loading...
SAINS
Penulis: Sabar Subekti 23:22 WIB | Selasa, 27 April 2021

India Dalam Kepanikan Akibat Lonjakan Kasus COVID-19

India Dalam Kepanikan Akibat Lonjakan Kasus COVID-19
Orang-orang melakukan ritual di samping tumpukan kayu kremasi anggota keluarga yang meninggal karena COVID-19 di tanah yang telah diubah menjadi krematorium massal korban COVID-19 di New Delhi, India, hari Sabtu (24/4). (Foto: AP/Altaf Qadri)
India Dalam Kepanikan Akibat Lonjakan Kasus COVID-19
Pekerja yang kelelahan, yang membawa mayat untuk dikremasi, duduk di belakang ambulans di dalam krematorium, di New Delhi, India, hari Sabtu (24/4). (Foto: AP/Altaf Qadri)
India Dalam Kepanikan Akibat Lonjakan Kasus COVID-19
Orang-orang mengantre untuk mendapatkan vaksin COVID-19 di Mumbai, India, hari Senin (26/4). (Foto: AP/Rafiq Maqbool)

NEW DELHI, SATUHARAPAN.COM-Dr. Gautam Singh mengkhawatirkan munculnya bunyi bip ventilator setiap hari, yang menandakan bahwa tingkat oksigen sangat rendah, dan mendengar pasiennya yang sakit parah mulai terengah-engah di bangsal gawat darurat di New Delhi, India, tempat dia bekerja.

Seperti dokter lain di seluruh India, yang pada hari Senin (26/4) mencatat rekor baru untuk infeksi virus corona baru untuk hari kelima berturut-turut pada lebih dari 350.000 kasus. Para dokter ahli jantung telah “mengemis” dan meminjam tabung oksigen hanya untuk menjaga pasien tetap hidup selama satu hari lagi.

Pada Minggu (25/4) malam, ketika persediaan oksigen di rumah sakit terdekat lainnya juga hampir habis, pria 43 tahun yang putus asa itu mengunggah video permohonan di Twitter. "Tolong kirim oksigen ke kami," katanya dengan suara tercekat. “Pasien saya sekarat.”

India pada awalnya dipandang sebagai kisah sukses dalam mengatasi pandemi, tetapi virus tersebut sekarang menyebar melalui populasinya yang hampir 1,4 miliar, dan sistem kesehatannya mulai runtuh.

Pesan SOS seperti yang dikirim Singh mengungkapkan tingkat kepanikan yang terjadi di negeri itu.

Kapasitas Penuh

Selain oksigen yang habis, unit perawatan intensif juga beroperasi dengan kapasitas penuh dan hampir semua ventilator sedang digunakan. Saat jumlah korban tewas meningkat, langit malam di beberapa kota di India bersinar dari tumpukan kayu bakar, saat krematorium kewalahan dan mayat dibakar di udara terbuka.

Pada hari Senin, negara itu melaporkan 2.812 kematian lagi, dengan sekitar 117 orang India meninggal karena penyakit setiap jam. Tapi para ahli mengatakan bahwa angka-angka itu mungkin kurang dalam perhitungan. Infeksi baru membuat total India menjadi lebih dari 17,3 juta, kedua di dunia di belakang Amerika Serikat.

Krisis yang semakin dalam kontras dengan gambaran yang membaik di negara-negara kaya seperti AS, Inggris, dan Israel, yang telah memvaksinasi sebagian besar populasi mereka dan telah mengalami penurunan kematian dan infeksi sejak musim dingin. India memiliki empat kali populasi AS tetapi pada hari Senin memiliki 11 kali lebih banyak infeksi baru.

Kemungkinan Menjadi Lebih Buruk

Dokter seperti Singh berada di garis depan, berusaha mendapatkan persediaan yang mereka butuhkan untuk menjaga pasien mereka tetap hidup. Singh menerima 20 tabung oksigen pada hari Senin, hanya cukup untuk mengatasi sebnetar kepincangan di rumah sakit yang terjadi sepanjang hari sampai ventilator mulai mengirimkan bunyi peringatan lagi.

“Saya merasa tidak berdaya karena pasien saya bertahan hidup dari jam ke jam,” kata Singh dalam wawancara telepon. "Saya akan memohon lagi dan berharap seseorang mengirimkan oksigen yang akan membuat pasien saya tetap hidup hanya untuk satu hari lagi."

Seburuk apa pun situasinya sekarang, para ahli memperingatkan bahwa kemungkinan akan semakin buruk. Krishna Udayakumar, direktur pendiri Pusat Inovasi Kesehatan Global Duke di Universitas Duke, mengatakan tidak mungkin bagi negara untuk mengatasinya dalam beberapa hari mendatang karena keadaan.

“Situasi di India tragis dan kemungkinan akan menjadi lebih buruk selama beberapa pekan hingga berbulan-bulan,” katanya, menambahkan bahwa “upaya global bersama untuk membantu India pada saat krisis ini” sangat dibutuhkan.

Bantuan Asing

AS mengatakan pada hari Senin bahwa pihaknya berupaya meringankan penderitaan di India dengan memasok oksigen, tes diagnostik, perawatan, ventilator, dan alat pelindung. Gedung Putih juga mengatakan akan menyediakan sumber bahan mentah yang sangat dibutuhkan India untuk memproduksi vaksin AstraZeneca.

"Sama seperti India mengirim bantuan ke Amerika Serikat saat rumah sakit kami tegang pada awal pandemi, kami bertekad untuk membantu India pada saat dibutuhkan," kata Presiden Joe Biden pada hari Minggu di Twitter.

Bantuan dan dukungan juga ditawarkan dari tetangga dan saingannya, Pakistan, yang mengatakan dapat memberikan bantuan termasuk ventilator, kit pasokan oksigen, mesin sinar-X digital, peralatan pelindung, dan barang-barang terkait.

Kementerian Kesehatan Jerman mengatakan sedang berupaya segera untuk mengumpulkan paket bantuan untuk India yang terdiri dari ventilator, antibodi monoklonal, obat remdesivir, serta masker pelindung bedah dan N95.

Uni Emirat Arab (UEA) juga mengatakan akan membantu India dalam semangat soilidaritas mengatasi pandemi COVID-19, seprti dikatakan Menteri Luar Negeri dan Kerjasama Internasional Uni Emirat Arab Sheikh Abdullah bin Zayed Al Nahyan pada hari Minggu.

Terlalu Cepat Puas

Tetapi banyak yang mengatakan bahwa bantuan tersebut sudah terlambat. Kegagalan tersebut merupakan kegagalan besar bagi sebuah negara yang membanggakan diri menjadi model bagi negara berkembang lainnya.

Hanya tiga bulan lalu, para pemimpin India ramai menyampaikan pesan bahwa yang terburuk telah berakhir. Pada bulan Januari, Perdana Menteri Narendra Modi mengumumkan kemenangan atas virus corona, mengatakan pada pertemuan virtual Forum Ekonomi Dunia bahwa kesuksesan India tidak dapat dibandingkan dengan kesuksesan di tempat lain.

Kurang dari sebulan kemudian, Partai Bharatiya Janata (BJP) mengeluarkan resolusi yang memuji Modi sebagai "pemimpin visioner" yang telah "mengalahkan" virus.

Pada pekan kedua bulan Maret, menteri kesehatan India menyatakan bahwa negara itu "berada di ujung permainan" pandemi.

Pada saat yang sama, pasien yang tiba di rumah sakit India jauh lebih sakit dan lebih muda dari yang terlihat sebelumnya, memicu peringatan dari para ahli kesehatan bahwa India sedang berada di ambang bom waktu.

Jutaan umat Hindu yang merayakan festival Holi di seluruh negeri pada akhir Maret, mengabaikan pedoman dan mengenakan makser serta jarak sosial. Modi dan politisi lainnya mempelopori unjuk rasa pemilihan besar-besaran di mana puluhan ribu orang berpartisipasi tanpa masker. Dan jutaan lainnya berkumpul di tepi Sungai Gangga untuk doa khusus Hindu baru-baru ini pada pekan lalu.

Sekarang diduga semua peristiwa itu mungkin telah mempercepat lonjakan yang belum pernah terjadi sebelumnya yang dilihat India sekarang ini. (AP)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home