Loading...
OLAHRAGA
Penulis: Prasasta Widiadi 14:04 WIB | Sabtu, 03 Mei 2014

Jacksen Tiago: Atletico Madrid, Contoh Sepak Bola Kolektif

Jacksen Tiago: Atletico Madrid, Contoh Sepak Bola Kolektif
Jacksen Tiago memberi materi kepada para pewarta tentang apa saja yang akan diutarakan pada coaching clinic Aqua DNC. (foto-foto: Prasasta)
Jacksen Tiago: Atletico Madrid, Contoh Sepak Bola Kolektif
Jacksen Tiago, di akhir acara, memperagakan atraksi freestyle soccer di hadapan para juru warta.
Jacksen Tiago: Atletico Madrid, Contoh Sepak Bola Kolektif
Jacksen Tiago, di akhir acara, memperagakan atraksi freestyle soccer di hadapan para juru warta.

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Pelatih Persipura Jayapura, Jacksen Tiago menyebut Atletico Madrid—finalis Liga Champions 2014—contoh konkret menerapkan sepak bola kolektif masa kini. Jacksen menyampaikan pernyataan tersebut pada Sabtu (3/5) di Hotel Patra Jasa, Kompleks Pertamina Learning Center, Jakarta.

“Atletico Madrid adalah salah satu contoh kolektivitas sepak bola modern, karena kalau kita lihat sekarang mereka tidak ada (pemain –red) bintang tetapi bisa teratas di Liga Spanyol, dulu memang kita lihat Barcelona dengan permainan tiki-taka, kini Real Madrid juga punya Ronaldo,” kata Jacksen.

Jacksen menyampaikan contoh tersebut di hadapan para pewarta, dalam kaitannya dengan Briefing Media Coaching Clinic yang ditujukan bagi para pelatih berbagai Sekolah Sepak Bola (SSB) yang berkompetisi di Aqua Danone Nations Cup (Aqua DNC) Indonesia 2014 mulai dari awal tahun ini hingga pekan lalu, guna memperebutkan satu tiket menuju putaran final DNC yang digelar di Brasil pada November nanti.

Menurut keterangan pihak Aqua DNC, satu tim yang nanti menjadi juara Nasional Aqua DNC akan diterbangkan menuju Brasil di bawah arahan Jacksen Tiago.

Atletico Madrid mencapai final Liga Champions setelah menundukkan Chelsea dengan 1-3 di Stamford Bridge, London beberapa hari yang lalu, salah satu klub kota Madrid tersebut telah 40 tahun tidak berkompetisi di ajang antar klub tertinggi di benua Eropa itu.

Kolektivitas dalam Sepak Bola

Jacksen Tiago memberi contoh bahwa sepak bola Indonesia sama seperti di Brasil, yakni tinggi dalam skill individu tetapi tidak diimbangi dengan kolektivitas (kerja sama) yang positif dan konstruktif.

“Saat ini penting sebelum kolektivitas dalam tim terbentuk, maka setiap pelatih harus menekankan nilai-nilai kedisiplinan dalam bermain bola, ada juga nilai kesabaran dan karakter seorang pemain. Apabila semua elemen tersebut terbentuk maka mudah-mudahan kualitas sepak bola Indonesia dapat berkembang, karena aspek-aspek itu perlu disentuh tidak hanya aspek teknis permainan saja,” lanjut mantan penyerang Persebaya Surabaya ini.

Jacksen mendefinisikan kolektivitas sebagai insting pesepak bola menyadari kehadiran pemain lain untuk bekerja sama hingga mencetak gol. Dan, tidak hanya urusan gol tercipta, tetapi proses hadirnya gol tersebut.

Jacksen menilai kualitas sepak bola Indonesia berbeda perkembangannya dengan di Brasil, karena dia melihat ada beberapa pelatih sepak bola usia dini di Indonesia yang menekankan pemain melaksanakan instruksinya, tanpa melihat kondisi psikologis seorang pesepak bola usia dini.

“Tidak bisa kita samakan melatih anak kecil, dengan melatih mereka yang sudah dewasa,” lanjut mantan punggawa PSM Makassar tersebut.

Jacksen Ferreira Tiago

Jacksen Ferrerira Tiago atau yang akrab disapa Coach Jacksen merupakan mantan pesepak bola Brasil yang pertama kali menginjakkan kaki di Nusantara saat berkiprah di Petrokimia Gresik (kini Gresik United) pada Liga Indonesia musim 1994-1995 dengan prestasi mengantar salah satu klub di Jawa Timur tersebut sebagai peringkat kedua Liga Indonesia, pada musim berikutnya Jacksen bersepak bola di beberapa klub di Indonesia antara lain PSM Makassar, dan Persebaya Surabaya.

Akan tetapi dia sempat “menghilang” dari persepakbolaan Indonesia karena pada 1998, 1999, dan 2001 sempat bermain di Guangzhou Matsunichi (Tiongkok), Geylang United, dan Home United (Singapura).

Kini pria kelahiran 1968 tersebut menangani klub yang menjadi salah satu wakil Indonesia di kompetisi Piala AFF, Persipura Jayapura.

Saat masih bermain di Persebaya, Jacksen berhasil membawa salah satu klub kebanggaan kota Surabaya tersebut menjadi juara. Jacksen memilih gantung sepatu dan melanjutkan kariernya sebagai pelatih pada 2002-2003. Jacksen sukses mengantarkan klub Assyabaab Salim Grup Surabaya, klub pertama yang dibesutnya, juara.

Selanjutnya, karier kepelatihan semakin moncer, setelah sukses membawa Persebaya menjuarai Divisi Utama dan Liga Indonesia 2004. Gelar terakhir yang dikecap Jacksen saat mengantarkan Persipura Jayapura menjadi kampiun Liga Indonesia 2008-2009.

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home