Loading...
INSPIRASI
Penulis: Tjhia Yen Nie 01:00 WIB | Rabu, 17 Februari 2016

Jari Manakah Kita?

Semua jari mendapatkan sama bagiannya.
Semua jari bergembira (foto: istimewa)

SATUHARAPAN.COM – ”Organisasi dalam gereja bisa diibaratkan jari-jari tangan,” demikian yang dikatakan suami saya.  Jari telunjuk adalah orang yang suka memerintah, jari tengah adalah orang yang pintar, jari manis adalah artis dalam gereja, sedangkan kelingking adalah wong cilik.  Coba rekatkan jari tengah dengan kelingking, atau telunjuk dengan jari manis, sulit bukan?  Nah, sekarang coba jempol alias ibu jari, Si Jempol bisa menyentuh keempat jari yang lain.  Dan dapatkah kita menjumput sesuatu tanpa jempol? Boleh dicoba! 

Dalam kehidupan sering kali kita temui orang-orang seperti telunjuk yang suka mengatur, tetapi tidak suka  turun tangan; atau seperti  jari tengah yang terlalu pintar, sehingga jalan pikirannya sudah 10 langkah di depan dan  tidak dapat dimengerti. Sering juga kita temui orang-orang yang selalu ada di setiap kegiatan gereja, dia adalah jari manis, dia akan tampil di depan layar, dan dikenal semua orang.  Ada juga mereka yang berperan seperti kelingking, paling kecil suaranya dan mengikut apa kata yang lain, sama seperti  saat kita berjalan sambil melenggang, kelingking selalu di bawah.  Namun, jangan salah, bila salah satu dari jari tersebut tidak ada, telapak tangan tidak bisa berfungsi maksimal dalam menerima dan memberikan berkat.

Kehadiran orang-orang yang tidak setara dengan kita, terutama yang lebih pandai, lebih mengatur, terkadang membuat kita tidak nyaman.   Sering, adanya jari yang menonjol malah dimusuhi jari lainnya, padahal seharusnya gereja sebagai tempat menyalurkan kasih Tuhan  menjembataninya.  Bukankah semuanya Tuhan yang kasih? Sama seperti jari-jari tangan, tentu ada maksudnya Tuhan memberikan bentuk dan fungsi jari-jari tersebut bagi kita.  Alangkah anehnya bila kelima jari isinya telunjuk atau jari manis semua?  Tetapi dalam realitas bergereja, kita kadang menyingkirkan mereka yang berbeda dari kita, dengan seribu satu alasan baik.

Nah, disinilah diperlukan Si Jempol.  Bisa jadi jempol bukanlah orang yang sepandai jari tengah, secepat telunjuk dalam memerintah, atau  secakap jari manis dalam berbicara.  Saat memberikan sesuatu atau bersalaman, jempol berada di atas jari yang lain. Tetapi, saat menerima sesuatu, kelima jari bersama membuka telapak tangan.  Jempol akan berada di depan saat membagikan berkat, namun dalam menerima berkat, semua jari mendapatkan sama bagiannya.

Bagaimana dengan kita, termasuk jari manakah kita?

 

Email: inspirasi@satuharapan.com

Editor : Yoel M Indrasmoro


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home