Loading...
RELIGI
Penulis: Kartika Virgianti 19:02 WIB | Selasa, 17 Juni 2014

Kidung Jemaat Lahir dari Konsultasi Nasional Musik Gereja

Ketua Umum Yayasan Musik Gereja (Yamuger), Robert Nainggolan. (Foto: Elvis Sendouw)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Ketua Umum Yayasan Musik Gereja (Yamuger), Robert Nainggolan menuturkan orang lebih mengenal Kidung Jemaat sebagai lagu-lagu yang digunakan dalam ibadat gereja Kristen, tetapi banyak yang tidak tahu bahwa Kidung Jemaat itu dilahirkan dari Konsultasi Nasional Musik Gereja yang diadakan oleh Yamuger.

Dia menyampaikan pandangannya tersebut dalam acara Konsultasi Nasional Musik Gereja  2014 bertemakan “Nyanyikanlah Nyanyian Baru Bagi Tuhan (Mazmur 96:1A)”, dengan subtema yaitu pengembangan dan pelayanan musik gereja serta gerakan bersatu melalui kidung keesaan. Acara itu diselenggarakan oleh Yayasan Musik Gereja (Yamuger) di Graha Bethel Indonesia, Cempaka Putih, Jakarta Pusat, Senin (16/6).

Nainggolan memaparkan Yamuger didirikan oleh Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) dan tokoh-tokoh pecinta musik gereja pada tanggal 11 Februari 1967 di Jakarta, dengan akta notaris pada saat itu oleh Mr. Wllly Silitonga. Sedangkan konsultasi nasional (Konas) musik gereja sebelumnya diselenggarakan pada 1979, dan saat ini terselenggara untuk yang kedua kalinya.

Visi Yamuger sejak awal adalah menjadi pusat pengembangan musik gereja di Indonesia, melalui misi meningkatkan kreativitas dan aktivitas di bidang seni musik, penerbitan buku-buku nyanyian, menyelenggarakan kursus musik Yamuger, dan mendirikan Tim Inti Nyanyian Gereja (TING).

TING yang telah didirikan sejak 1975, adalah sekelompok ahli dalam bidang musik, teologi dan bahasa untuk mengembangkan musik gereja. Fungsinya menyediakan bahan nyanyian yang baik dan berkualitas untuk digunakan oleh gereja dan masyarakat, menyediakan narasumber terlatih untuk pembinaan musik gereja, dan melaksanakan penelitian dalam rangkan pengembangan musik gereja.

“Tujuan konsultasi nasional musik gereja ini adalah menjawab tantangan dan kebutuhan untuk mengembangkan musik gereja dalam merespons perkembangan zaman. Mereka (peserta Konas, Red) akan mengumpulkan lagu yang dianggap baik dari setiap sinode, yang nantinya akan dimasukkan dalam buku kidung keesaan,” urai Nainggolan.  

Kidung Keesaan nantinya merupakan lanjutan dan pelengkap dari Kidung Jemaat. Kidung Keesaan digunakan sebagai nyanyian utama bagi gereja, tetapi tidak menutup kemungkinan diterbitkannya buku nyanyian suplemen untuk lagu-lagu yang dirasakan perlu tetapi tidak masuk dalam Kidung Keesaan.

“Buku nyanyian suplemen itu bisa saja dibutuhkan di gereja-gereja tertentu, dalam hal ini Yamuger juga bersedia membantu menerbitkannya,” ucapnya.

Sayangnya, kalau diadakan suatu acara untuk Protestan dan Katolik, diakui Nainggolan memang agak sulit, tetapi dengan kehadiran dua orang Pastor dalam acara Konas tersebut sudah dianggap dapat mewakili Yamuger untuk menyampaikan kepada gereja Katolik.

Diharapkan melalui Konas ini bisa melahirkan Kidung Keesaan sebagai perbaikan nyanyian gereja, dengan penambahan lagu-lagu yang populer di beberapa gereja tetapi belum ada di buku Kidung Jemaat, serta mengurangi lagu-lagu yang ada di Kidung Jemaat tetapi kurang dipakai sampai saat ini.

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home