Loading...
INDONESIA
Penulis: Bayu Probo 07:08 WIB | Rabu, 02 Maret 2016

KLHK Ingin Permukiman Pesisir Sejahtera Seperti Australia

Suasana aktivitas kapal dan bongkar muat barang di Pelabuhan Tanjung Priuk, Jakarta. (Foto: Antara/Vitalis Yogi Trisna)

JAKARTA, SATUHARAPAn.COM – Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Karliansyah menyatakan rencana pembangunan reklamasi Teluk Jakarta harus bebas dari limbah rumah tangga.

“Limbah rumah tangga itu bisa mencapai 70 sampai 80 persen, tidak usah jauh-jauh di Teluk Jakarta yang berasal dari 13 sungai di mana seharusnya membawa air bersih dari gunung malah membawa sampah dari atas ke bawah,” kata Karliansyah di Jakarta, Selasa (2/3).

Hal tersebut ia sampaikan di sela-sela Seminar Internasional “Empowerment Strategy for Environment Based Marine Resources Toward Indonesian as Maritime Fulcrum” yang diselenggarakan Sekolah Staf dan Komando Angkatan Laut (Seskoal).

Oleh karena itu, kata dia, rencana proyek pembangunan reklamasi Teluk Jakarta harus dikerjakan hati-hati karena apabila limbah tersebut tidak bisa dibendung, maka akan menjadi “comberan” di sekitar daerah tersebut.

“Sehingga limbah-limbah itu harus diolah maka Pemprov DKI tahun ini membuat empat instalasi seperti yang ada di daerah Setiabudi (Jakarta Selatan) untuk memastikan air yang masuk ke Teluk Jakarta harus sudah bersih. Kalau tidak, ya menjadi bau daerah reklamasi itu,” ucap Karliansyah.

Meskipun menuai pro dan kontra, namun proyek reklamasi di Teluk Jakarta terus berjalan dan rencananya rampung pada akhir 2018, di mana 10 pulau buatan telah mengantongi izin reklamasi dan amdal. Sementara tujuh pulau buatan lainnya masih dalam proses pengajuan amdal dan reklamasi.

Sementara itu, dalam kesempatan yang sama KLHK dan TNI AL melakukan kerja sama penanganan limbah di kawasan pesisir laut.

“Kerja sama ini merupakan bagian dari ketahanan nasional karena sekitar 60 persen warga kita bermukim di pesisir laut, tetapi apa faktanya? selama ini mereka hidup dengan kondisi kumuh dan dengan polusi lingkungan yang tidak mendukung,” katanya.

Dia berharap pemukiman pesisir di Indonesia bisa seperti pemukiman pesisir di Australia di mana masyarakatnya bisa hidup sejahtera.

“Oleh karena itu, kami sampaikan harus adanya penanggulangan bukan lagi pencegahan, misalnya buangan limbah rumah tangga itu kami coba untuk kumpulkan kemudian diolah kalau bisa dibuat biogas untuk listrik, bisa juga untuk memasak,” tuturnya.

Lebih lanjut ia mengatakan pihaknya juga sudah mengunjungi wilayah pesisir di beberapa daerah Indonesia dengan TNI AL untuk penanaman mangrove, terumbu karang buatan dan lain sebagainya.

“Kalau wilayah pesisir itu bagus otomatis populasi ikan juga meningkat, mereka (penduduk) juga makmur. Cuma kan selama ini seperti nelayan kebanyakan kan bukan pemilik, namun penggarap. Nah ini harus diubah padahal potensinya kan 60 persen sumber protein dari laut, misalnya ikan. Selain itu, mangrove bisa jadi sirup dan dodol,” ujarnya.

Sementara itu, Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Ade Supandi mengatakan limbah juga bisa datang dari tambang atau kegiatan di laut sehingga harus ditangani dengan baik.

“Misalnya, banyak tumpahan minyak di laut kalau dari kapal memang tidak kelihatan tetapi kalau dari darat kelihatan mengkilap. Selain itu soal terumbu karang, saya kira kita juga belum jujur. Ada yang bilang 90 persen rusak, ada juga yang bilang 70 persen. Yang banyak mempengaruhi itu adalah pembuangan limbah,” ucap Ade. (Ant)


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home