Loading...
SAINS
Penulis: Sotyati 11:51 WIB | Selasa, 10 Mei 2016

Lapan Laksanakan Misi Lengkapi Data Garis Pantai

Pesawat Lapan Surveillance UAV (LSU)-02 yang digunakan dalam pemotretan garis pantai di Pantai Munjungan Trenggalek, Jawa Timur, untuk melengkapi penyusunan data garis pantai Indonesia. (Foto: lapan.go.id)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) bersama Badan Informasi Geospasial (BIG), kembali melakukan pengambilan gambar wilayah garis pantai. Tahap pemotretan kali ini diselenggarakan di Pantai Munjungan Trenggalek, Jawa Timur, pada tanggal 8-9 Mei 2016, menggunakan Pesawat Lapan Surveillance UAV (LSU) - 02.

Kegiatan kerja sama hasil kolaborasi Tim LSU Pusat Teknologi Penerbangan Lapan dengan Tim Survei Pusat Pemetaan Kelautan dan Lingkungan Pantai BIG itu dilakukan untuk mendukung tercapainya data garis pantai di wilayah Indonesia.

Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang mempunyai wilayah kepulauan terluas di dunia. Panjang garis pantai wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) mencapai 99.092 km. Untuk itu, data dan informasi garis pantai harus diukur, dihitung, dan ditetapkan dengan akurat karena sangat berpengaruh terhadap perhitungan luas wilayah serta kepastian perencanaan wilayah pesisir dan laut.

Pemotretan itu, seperti disampaikan Deputi Bidang Informasi Geospasial Dasar BIG, Dodi Sukmayadi, yang menyaksikan langsung penerbangan LSU-O2, merupakan pemotretan tahap akhir guna mendapatkan data garis pantai di sebagian wilayah pantai Pulau Jawa bagian selatan (Yogyakarta-Pacitan-Trenggalek).

Pelaksanaan pemotretan tahap 1 dan 2 dilaksanakan di Yogyakarta dan Pacitan pada bulan Maret-April lalu. Pemotretan pada tahap 3 kali ini dilakukan bertepatan dengan air surut terendah. “Data tersebut nantinya akan digabungkan (seamless) sehingga akan tergambar satu segmen garis pantai yang utuh dan akurat,” ia menambahkan.

Metode pengambilan gambar wilayah garis pantai dengan menggunakan pesawat tanpa awak ini, menurut Dodi, hasilnya sangat akurat walaupun membutuhkan biaya sangat besar dibanding dengan menggunakan metode citra satelit. Data pada saat air laut surut terendah sulit diperoleh dengan menggunakan pemantauan satelit, mengingat tidak sewaktu-waktu satelit melintas di atasnya, sehingga kurang reliable untuk keperluan garis pantai.

Selain data garis pantai, misi ini juga bermanfaat untuk mendata pulau-pulau yang belum bernama.

Melalui kolaborasi itu, seperti disampaikan Deputi Bidang Teknologi Penerbangan dan Antariksa, Dr Rika Andiarti, LSU milik Lapan telah melakukan beberapa kali pemotretan wilayah guna memberikan informasi yang cepat, akurat, dan efisien. Salah satu di antaranya, melakukan pemotretan pada saat pasca banjir longsor di Banjarnegara. Metode itu ditempuh karena keuntungannya, data retakan tanah terlihat lebih jelas dibanding menggunakan data satelit.

Lapan juga akan terus mengembangkan teknologi Unmanned Aerial Vehicle (UAV) untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan bangsa Indonesia, sehingga manfaatnya dapat diperoleh oleh instansi pemerintah maupun masyarakat yang membutuhkan.

Kerja sama itu akan dilanjutkan dengan adanya transfer teknologi sehingga target pulau yang harus diverifikasi sebanyak 17.504 dapat dilakukan secara cepat. (lapan.go.id)

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home