Loading...
DUNIA
Penulis: Reporter Satuharapan 14:02 WIB | Senin, 20 Januari 2014

Laporan: Tingkat Permusuhan Antaragama Mencapai Angka Tertinggi (3)

Indeks Permusuhan Selama 2011-2012. (Sumber: pewforum.org)

WASHINGTON DC, SATUHARAPAN.COM – Laporan penelitian mengenai pembatasan hak beragama dan permusuhan antaragama yang dilakukan the Pew Research Centre mengungkapkan bahwa permusuhan antaragama mencapai angka tertinggi selama enam tahun terakhir. Laporan yang dirilis pada Selasa (14/1) ini turut memberikan indeks perubahan angka pembatasan dan permusuhan yang terjadi di dunia.

Pembatasan dan Kekerasan Oleh Pemerintah

Pembatasan hak beragama yang dilakukan pemerintah di seluruh dunia dalam setiap tingkatan pada dasarnya sama. Ada beberapa peningkatan pada beberapa macam pembatasan. Berdasarkan penelitian, beberapa negara yang melakukan pembatasan hak beribadah atau praktek keagamaan lainnya meningkat menjadi 74 persen pada 2012, meningkat dari 69 persen pada 2011 dan 57 persen pada tahun awal penelitian.

Di Tuvalu misalnya, pemerintah pusat mulai memberlakukan undang-undang yang melarang kelompok-kelompok agama yang tidak diakui melakukan pertemuan.

Masih berdasarkan penelitian, pemerintah yang melarang kelompok-kelompok agama melaksanakan khotbah umum ada di 38 persen negara pada 2012. Ini meningkat dari 31 persen pada 2011 dan 28 persen di pertengahan 2007.

Misalnya, di Tunisia, pihak berwenang membuat suatu upaya mengganti para imam yang diduga melakukan khotbah dengan teologi yang cenderung memecah belah warga, termasuk Salafisme.

Pemerintah di 48 persen negara menggunakan kekerasan terhadap kelompok-kelompok agama dan individu-indidvidu pada tahun 2012, meningkat dari 41 persen pada 2011 dan 31 persen pada pertengahan 2007.

Pada April 2012 di Mauritania, pemerintah menahan 12 aktivis anti-perbudakan. Menurut Departemen Luar Negeri (Deplu) Amerika Serikat (AS), penahanan para aktivis tersebut didasarkan pada tuduhan melakukan penistaan dan penghujatan, serta tuduhan mengenai pembakaran teks-teks agama sebagai bentuk kecaman terhadap tafsir dan hukum Islam yang mereka yakini mendukung perbudakan.

Tingkat Permusuhan Antaragama

Pada tahun akhir penelitian, jumlah negara dengan angka permusuhan antaragama yang tinggi meningkat lebih dari 40 persen, yaitu dari 14 negara menjadi 20 negara.

Ada enam negara, yang tidak masuk dalam negara dengan angka permusuhan antaragama pada 2011, namun masuk dalam daftar 2012. Keenam negara tersebut adalah Suriah, Lebanon, Sri Lanka, Bangladesh, Thailand, dan Burma (Myanmar).

Dan, negara-negara yang pada 2011 masuk dalam daftar negara dengan angka permusuhan yang tinggi, kembali masuk dalam daftar 2012. Indonesia merupakan salah satu negara yang pada 2011 masuk di lima besar negara dengan permusuhan yang tinggi dan kembali masuk di daftar 2012.

Sementara itu, pada 2012 terdapat 76 negara (38 persen) dengan tingkat permusuhan yang rendah, turun dari 87 negara (44 persen) pada 2011.

Tingkat Pembatasan Hak Beragama oleh Pemerintah

Angka negara-negara dengan pembatasan beragama yang dilakukan pemerintah meningkat dari 20 negara pada 2011 menjadi 24 negara pada 2012, naik 20 persen. Terdapat lima negara yang tidak termasuk dalam daftar negara dengan angka pembatasan yang tinggi pada 2011 tetapi masuk di daftar 2012. Kelima negara tersebut adalah Azerbaijan, Tajikistan, Moroko, Irak, dan Kazakhstan. Hanya Yaman, negara yang pada 2011 masuk dalam daftar negara dengan angka pembatasan yang tinggi namun tidak masuk dalam daftar 2012.

Indonesia sendiri konsisten berada di lima besar negara dengan angka pembatasan yang tinggi pada 2011 dan 2012.

Sementara itu,hanya terdapat 97 negara (49 persen) dengan angka pembatasan yang rendah pada 2012, turun dari 100 negara (51 persen).

Perubahan Bentuk Permusuhan

Penelitian ini juga melihat cakupan dan arah perubahan tingkat permusuhan antaragama di setiap negara pada rentang 2011 hingga 2012.

Sebelas negara (6 persen) memiliki perubahan besar (2 poin atau lebih) di penilaian 10 poin Indeks Permusuhan. Kesebelas negara tersebut (Mali, Libya, Meksiko, Tunisia, Suriah, Papua Nugini, Belanda, Madagaskar, Lebanon, Afganistan, dan Malawi) berada di arah peningkatan permusuhan.

Di Mali Utara, ekstremis Islam menerapkan hukuman yang keras di bawah hukum syariah, misalnya dengan bentuk eksekusi seperti hukum pancung atau cambuk. Mereka juga menghancurkan gereja-gereja dan melarang pelaksanaan baptis dan sunat. Ratusan umat Kristen memilih untuk pindah ke bagian selatan negara ini.

Di Afganistan, protes dengan kekerasan terjadi di Universitas Kabul setelah mahasiswa-mahasiswa Islam Sunni berusaha mencegah para mahasiswa Syiah untuk memperingati Hari Raya Asyura pada November 2012. Aksi protes ini menyebabkan dua orang meninggal dan lainnya luka-luka.

Di antara negara-negara dengan angka perubahan yang sedikit (1,0 hingga 1,9 poin), 28 di antaranya (14 persen) meningkat.

Di beberapa kasus, angka perubahan yang kurang dari 2,0 poin tidak terlalu diperhatikan. Misalnya, Somalia yang angka permusuhannya meningkat dari 7,8 pada 2011 menjadi 9,5 pada 2012.

Ini berarti bahwa masing-masing dari 13 bentuk permusuhan antaragama terjadi di Somalia selama 2012. Bentuk permusuhan tersebut adalah perang dan terorisme, kekerasan masif, kebencian atas konversi agama, pelecehan terhadap perempuan karena pakaian keagamaannya, dan semua enam bentuk tindakan berbahaya dan kriminal yang didasarkan pada bias agama (pelecehan dan intimidasi, pengusiran dari tempat tinggal, perusakan properti keagamaan, penculikan, dan kekerasan fisik serta pembunuhan).

Di tujuh negara yang mengalami penurunan angka sebesar 1,0 hingga 1,9 poin, yaitu Timor-Leste, Pantai Gading, Serbia, Etiopia, Siprus, Rumania, dan Kamboja, beberapa bentuk permusuhan yang terjadi sepanjang 2011 tidak lagi terjadi di 2012.

Di Kamboja, konflik kekerasan atas tanah di sekitar kuil Hindu kuno Preah Vihear terjadi sepanjang paruh pertama tahun 2011, namun tidak ada laporan kekerasan di tahun 2012.

Di Etiopia, tidak ada laporan mengenai kekerasan massa seperti yang terjadi pada Maret 2011, yaitu ketika ratusan ekstrimis Islam merusak lebih dari 60 tempat tinggal dan gereja milik umat Protestan Injili di Oromia.

Negara-negara dengan sedikit perubahan pada Indeks Permusuhan (kurang dari 1,0 poin), 58 di antaranya mengalami peningkatan permusuhan dan 45 lainnya mengalami penurunan permusuhan. (pewforum.org)

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home