Loading...
LAYANAN PUBLIK
Penulis: Febriana Dyah Hardiyanti 19:37 WIB | Senin, 07 Desember 2015

Luhut Panjaitan Menangis di Markas Kopassus

Operasi 28 Desember 1975. Perebutan Besilau, Timor Timur, Selatan Kota Dili. (Foto: luhutpandjaitan.com)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan, Luhut Binsar Panjaitan, menitikan air mata saat berpidato di acara Peringatan 40 Tahun Penerjunan di Kota Dili Timor Timur, di Gedung Chandrasa Grup-3 Kopassus Cijantung, Jakarta Timur, hari Senin (7/12).

"Saya bisa begini karena prajurit-prajurit kita yang sudah pergi. Itu sebenarnya yang buat saya terharu sejenak," kata Luhut dalam pidatonya.

Ditulis dalam blog pribadinya, Luhut sedikit bercerita tentang foto yang menunjukkan Operasi 28 Desember 1975 dalam rangka perebutan Besilau, Timor Timur, Selatan Kota Dili.

“Sebagai Komandan Kompi, saya adalah yang pertama diterjunkan, dan beruntung memang mendarat di sebidang tanah yang ditumbuhi rumput. Tapi sesungguhnya lapangan rumputnya ternyata cuma bidang kecil, beruntung pasukan saya hampir seluruhnya mendarat di sana,” kata Luhut dalam blognya itu.

Luhut menuturkan bahwa nasib tidak baik dialami oleh Yonif Linud 328 maupun Yonif Linud 401 yang diterjunkan pada sortie kedua, karena mendarat di karang-karang tajam yang tertutup oleh rerumputan lebat yang menipu pandangan mata dari atas.

Luhut yang termasuk dalam salah satu anggota Satgas Nanggala V Kopassandha mengenang sulitnya perjuangan saat menjalankan operasi penerjunan Kota Dili pada 7 Desember 1975.

"Satu hal yang ingin saya ungkapkan, spirit dari teman-teman yang hadir di sini tidak bisa kita lupakan. Saya sendiri merupakan salah satu yang merasa tidak tahu apa yang akan terjadi besok," kata Luhut.

Luhut yang pada saat itu berpangkat Letnan Satu menceritakan bahwa operasi dilakukan dengan persiapan yang minim dan anggota pasukan yang kelelahan.

"Kami di pesawat terbang, keluar dari pesawat bukan karena berani, tapi kelelahan yang sangat," kata Luhut.

Lebih lagi, operasi penerjunan yang membuka Operasi Seroja tersebut dilakukan dengan perubahan skenario dari yang direncanakan sejak awal.

Kendati demikian, operasi tersebut berhasil diselesaikan dalam waktu tiga jam setelah penerbangan dengan menguasai tiga sasaran utama yakni pusat pemerintahan, pelabuhan, dan landasan terbang.

Sebanyak 13 orang gugur dan lima orang hilang dalam operasi tersebut. (Ant/luhutpandjaitan.com)

Editor : Eben E. Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home