Loading...
INDONESIA
Penulis: Reporter Satuharapan 10:54 WIB | Jumat, 25 November 2016

Makam Tan Malaka Selayaknya di TMP Kalibata

Tan Malaka. (Foto: Sejarah Kita)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Rencana memindahkan makam almarhum Tan Malaka ke lokasi pemakaman yang layak merupakan gagasan baik.

"Tidak dimungkiri, Tan Malaka adalah pemikir dan ideolog yang ikut memberi kontribusi terhadap kebangsaan Indonesia, meski tokoh ini menempuh garis perjuangan tersendiri dan penuh misteri. Mengapa makam beliau tidak dipindah ke Taman Makam Pahlawan Nasional Kalibata? Bukankah Tan Malaka menyandang gelar Pahlawan Nasional?" kata pemerhati sejarah dan konsultan The Fatwa Center Jakarta, M Fuad Nasar kepada Antara di Jakarta, Jumat (25/11).

Makam Tan Malaka yang ditemukan di Desa Selopanggung, Kediri, Jawa Timur, menurut rencana tahun 2017 akan dipindahkan ke tanah kelahirannya di Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat.

Tan Malaka adalah pejuang revolusioner Republik Indonesia yang jejak sunyi petualangan politik dan buah pikirannya hingga kini masih diminati kalangan generasi muda.

Pemerintah Kabupaten Lima Puluh Kota siap untuk memfasilitasi pemindahan makam Tan Malaka, kata Fuad Nasar. Ia justru mempertanyakan mengapa tidak dipindahkan ke Taman Makam Pahlawan Nasional Kalibata mengingat Tan Malaka menyandang gelar pahlawan nasional.

Ia menambahkan, "Perlakuan atas kerangka jenazah Tan Malaka tidak boleh bertolak-belakang dari prinsip hidup almarhum. Tan Malaka adalah manusia sederhana, insan pejuang sepanjang hidupnya yang mengutamakan substansi perjuangan daripada simbolisasi."

"Tan Malaka pejuang di bawah tanah yang menolak pengkultusan," ujar Fuad menanggapi rencana penjemputan kerangka jenazah Tan Malaka melalui prosesi kirab yang akan disiapkan Pemerintah Daerah setempat pada Februari 2017.

Fuad Nasar mengungkapkan, "Tan Malaka dijuluki sebagai Bapak Republik Indonesia dalam judul buku Mr Muhammad Yamin. Saya kira tidak ada polemik andaikata tulang-belulang beliau dikuburkan kembali di TMP Kalibata. Prosesi standar di Taman Makam Pahlawan ialah pemakaman dengan upacara militer".

Sebagai perbandingan, ia menyebutkan pemindahan makam Sultan Alam Bagagarsyah. Raja Pagaruyung terakhir itu dibuang oleh Pemerintah Hindia Belanda ke Batavia (Jakarta) dan meninggal di Batavia, lalu dimakamkan di Mangga Dua. Pada tahun 1975, makamnya dipindahkan dari Mangga Dua ke TMP Kalibata, bukan ke Pagaruyung di Sumatera Barat, walaupun beliau semasa hidupnya raja di Minangkabau.

Pemakaman kembali kerangka jenazah Sultan Alam Bagagarsyah di TMP Kalibata atas persetujuan Presiden Soeharto saat itu, dipandang sebagai bentuk penghormatan dan penghargaan negara atas jasa dan perjuangan beliau dalam menentang penjajahan Belanda. Ketika itu para tokoh Minang, yaitu Bung Hatta, Buya Hamka, Prof Bahder Djohan, Prof Hazairin, Gubernur Harun Zain, menjadi pelindung dan panitia pemindahan makam Sultan Alam Bagagarsyah ke TMP Kalibata. (Ant

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home