Loading...
SAINS
Penulis: Kartika Virgianti 11:48 WIB | Minggu, 12 Oktober 2014

Menag: Mengamalkan Ajaran Agama Cegah Skizofrenia

Menag: Mengamalkan Ajaran Agama Cegah Skizofrenia
Menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin saat menjelaskan sikap Kementerian Agama yang akan membahas intoleransi beragama di Indonesia dengan mengajak stakeholder dalam pertemuan yang akan digelar pada Sabtu (20/9). (Foto: Dedy Istanto)
Menag: Mengamalkan Ajaran Agama Cegah Skizofrenia

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Menteri Agama RI, Lukman Hakim Saifuddin mengatakan Indonesia merupakan negara yang memiliki layanan kesehatan jiwa paling terendah di seluruh Asia. Namun demikian, agama menjadi faktor terpenting dalam membina kesehatan jiwa dan menyelamatkan manusia dari gangguan kejiwaan, bahkan agama menjadi sumber inspirasi perkembangan ilmu kesehatan jiwa. 

Hal tersebut disampaikan oleh Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kementerian Agama RI dalam kesempatan peringatan Hari Kesehatan Jiwa Sedunia atau HKJS 2014 di Kempinski Hotel Indonesia, Jumat malam (10/10). Ia mewakili Lukman Hakim Saifuddin yang berhalangan hadir karena sedang bertugas membantu para jamaah haji di Arab Saudi.

Menurut Lukman Hakim, telah berkembang ilmu psikologi agama, di mana ilmuan Muslim yang dikenal sebagai pelopor psikologi Islam di Indonesia yaitu Prof. Dr. Hj. Zakiah Daradjat, yang merumuskan empat dasar kesehatan jiwa.

Pertama, terhindarnya orang dari gangguan kesehatan jiwa dan gejala-gejala penyakit jiwa. Kedua, kesehatan jiwa adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan diri sendiri, dengan orang lain dan masyarakat, serta lingkungan tempat ia hidup. Ketiga, kesehatan jiwa adalah perbuatan yang bertujuan mengembangkan seluruh potensi, bakat dan pembawaan yang ada di dalam diri, sehingga membawa kebahagiaan bagi dirinya dan orang lain. Keempat, kesehatan jiwa adalah terwujudnya keharmonisan antar fungsi jiwa, serta mempunyai kesanggupan menghadapi problem sehari-hari dan tetap memandangnya secara positif.

Kunci kesehatan jiwa antara lain dengan menjalankan ajaran agama, berusaha menerapkan norma sosial, hukum dan moral, dengan demikian akan tercipta ketenangan batin. Para pakar ilmu kedokteran modern sepakat bahwa pencegahan harus diutamakan daripada pengobatan. Hal ini pun sejalan dengan ajaran agama Islam yakni, beribadah salat, doa, menjaga kebersihan, mengatur makanan dan minuman yang halal dan baik, ajaran tentang sedekah, bersyukur, bersabar, larangan berputus asa, dan sebagainya, di sinilah pentingnya peran agama dalam kesehatan jiwa.

“Diperlukan peran alim ulama untuk turut berperan dalam membangun kesehatan jiwa masyarakat Indonesia yang tengah mengalami perubahan dari segala aspek baik politik, ekonomi, dan sosial budaya,” ucap Lukman Hakim.

Gangguan jiwa dapat dialami oleh semua golongan dan strata sosial, oleh karena itu edukasi tentang kesehatan jiwa untuk pencegahan dan penanggulangan perlu dilakukan secara luas dan menyentuh semua kalangan.

Lebih jauh dijelaskan Lukman Hakim, agama melarang kita membenci dan mengucilkan penderita gangguan jiwa atau skizofrenia. Penyakit jiwa bukan kutukan atau dosa turunan, tetapi musibah yang harus diatasi bersama sebagai tanggung jawab moral warga masyarakat. Semua orang wajib membantu, menyayangi serta memberi harapan bagi penderita.

“Di tahun 2014 ini, mari kita stop stigma dan diskriminasi terhadap orang dengan gangguan jiwa. Mari kita sebarkanluaskan pesan HKJS 2014 ini, Lightning the Hope for Schizophrenia,” kata Lukman Hakim.

 

Baca juga:

​

 

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home