Loading...
INSPIRASI
Penulis: Nugroho Edy Prasetyo 06:30 WIB | Selasa, 10 November 2015

Mengalahkan Diri Sendiri

Sesama kita bukanlah lawan, melainkan sahabat.
Melampaui hambatan diri (foto: istimewa)

SATUHARAPAN.COM – ”Berani ndak kamu nglawan dia?” Begitu dahulu sewaktu kecil teman saya ngonggrong (ngomporin) saya untuk berkelahi. Akibat motivasi bertubi-tubi akhirnya berani saya maju lalu berantem, ujung-ujungnya kalah dan lebam-lebam karena yang dilawan lebih besar dan lebih kuat. Keinginan untuk mengalahkan orang lain dan membanggakan diri tampaknya menjadi kodrat alami sebagian besar manusia untuk menunjukkan eksistensi dan superioritasnya. Keinginan ini berhulu pada kuatnya rasa ego yang dimiliki manusia. Lihat saja anak kecil pasti menangis kalau mainannya direbut, bahkan mainan anak lain pun kalau bisa direbut dan dianggap miliknya.

Mengalahkan dan menguasa, menjadi karakter yang terus dibawa sampai dewasa bahkan mungkin sampai akhir hayat. Coba kita lihat, jika orang ingin menguasai pihak lain, menginginkan kedudukan, kekayaan, status sosial, dan yang lain, jalan pintasnya adalah dengan merebut dan mengalahkan. Celakanya sampai muncul pemeo: ”Saiki jaman edan, yen ora edan ora keduman” (Sekarang zaman edan, kalau nggak ikut gila bisa nggak kebagian).

Tindakan anarkis, brutal, melukai, serta merusak dan menghancurkan milik orang lain yang dilakukan baik secara perorangan maupun massal, kini menjadi pemandangan sehari-hari di mana-mana. Rasa kemanusiaan yang welas asih telah berubah total menjadi sikap beringas. Karakter ini tumbuh pelan, tetapi pasti karena salah memosisikan ego.

Persoalan kalah-mengalahkan adalah persoalan makhluk hidup termasuk manusia. Repotnya dari sini lalu muncul rancangan-rancangan jahat untuk menguasai dan mengalahkan yang lain. Mengalah sekarang menjadi barang langka, termasuk kembarannya yaitu memaafkan rasanya semakin sulit diperoleh.

Banyak pihak yang piawai mengalahkan orang lain, namun gagal mengalahkan diri sendiri. Banyak orang yang jago menguasai orang lain, tetapi tak berkutik ketika menghadapi diri sendiri. Pertempuran melawan diri sendiri sesungguhnya telah terjadi setiap saat, yakni melalui perang dengan hati kecil kita masing-masing. Lalu siapa yang menang? Andalah yang tahu jawabannya.

Kembali pada cerita kecil di atas, sesungguhnya sesama kita bukanlah lawan kita, melainkan sahabat kita. Tugas berat kita sebenarnya adalah bukan untuk mengalahkan orang lain, apalagi dengan segala cara, tetapi mengalahkan diri sendiri lebih dahulu karena dialah musuh utama kita sebenarnya. Itulah panggilan kita selaku manusia!

 

Editor: ymindrasmoro

Email: inspirasi@satuharapan.com

Editor : Yoel M Indrasmoro


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home